Harus saya akui, sebagai warga negara Indonesia, kebanggaan itu sudah muncul. Harus kita akui bersama-sama, bahwa upaya menteri Luar Negeri, Ibu Retno Marsudi dalam mencitrakan bangsa Indonesia kepada dunia, sangat brilian.
Bukan hanya memperkenalkan Indonesia melalui langkah politik, diplomasi cair saling rangkul dan tetek bengek administratorial lainnya,Ibu Retno memperkenalkan Indonesia ke dunia lewat batik. Hal ini bisa disebut sebagai diplomasi batik. Jokowi dan Retno berhasil angkat Indonesia di mata dunia.
Diplomasi batik yang dikerjakan oleh Ibu Retno Marsudi patut diacungi jempol. Jika jari ini semuanya jempol, mungkin akan ada 20 jempol teracung dari 1 orang seperti saya.
Ibu Retno menggunakan batik di dalam sidang pertama PBB. Indonesia menjadi presiden Dewan Keamanan PBB dunia saat ini. Pencapaian yang luar biasa ini diiringi juga dengan fashion yang juga harus stylish dong!
Jika ada 350.000 orang seperti saya saja di Indonesia, akan ada 7 juta jempol teracung. Mengalahkan para peserta yang ada di Monas dengan pakaian putih-putih yang disebut oleh Guntur PSI sebagai kaum monaslimin.
Diplomasi batik Retno Marsudi adalah memperkenalkan budaya Indonesia. Meski serius tapi ada fashion yang dibawakan juga. Harus ada itu.
Apalagi sebagai perempuan, Ibu Retno Marsudi mempertontonkan kekayaan khazanah dan hidden treasure kept in Paradise called Indonesia.
Seolah Ibu Retno sudah mengatakan dengan jelas, bahwa Indonesia adalah surga. Indonesia adalah surga dunia. Jangan-jangan surga nantinya seperti di Indonesia?
Jangan-jangan surga itu diisi oleh warna hijau rumput hutan dan biru laut bening. Ya ini adalah andai-andai saya saja.
Mungkin kaum Monaslimin ada yang mau kasihtahu apa itu surga? Ada yang pernah ke sana? Atau tanya ke Om Pariadji yang katanya pernah ke surga naik turun?
Tapi Indonesia bukan hanya surga dunia versi pemandangan. Surga dunia juga versi kebudayaan. Kebudayaan Indonesia benar-benar mistik. Mistik dan begitu harum. Bahkan bunga pun bisa menjadi mistik.
Batik adalah salah satu tradisi yang paling dibanggakan. Tidak heran jika Ibu Retno pakai batik di sana. Untuk apa?
Memperkenalkan Indonesia dan mengekspor kebudayaan Indonesia ke luar negeri. Agar apa? Agar bisa dinikmati oleh dunia.
Sedangkan di sini, masih banyak orang yang impor kebudayaan asing ke Indonesia. Kalau impor agama sih ya saya tidak komentar jauh deh.
Agama di Indonesia yang tidak impor setahu saya hanya 2 dan penganut kepercayaan lainnya.
Tapi kalau impor kebudayaan sih ya miris banget. Padahal di indonesia masih tak terhitung, countless, kebudayaan yang bisa dibanggakan.
Jadi banggalah terhadap Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H