Ahok dan Anies, dua pemimpin DKI Jakarta ini menjadi sorotan lantaran belakangan ini banjir semakin liar merasuk dan menyerbu Jakarta.
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, banjir kali ini bukan hanya lebih terasa santun dan halal. Banjir kali ini direspons berbeda oleh pemimpin. Bagaimana perbandingan kedua orang ini?
Seperti judul di atas, Ahok memikirkan solusi untuk Jakarta. Banjir memang menjadi langganan bahkan kabarnya dari zaman kolonialisme Belanda.
Ahok tahu betul bahwa banjir di Jakarta sepertinya tidak terhindarkan lagi. Banjir di Jakarta diakibatkan oleh dua sebab.
Pertama adalah air yang tumpah di atas langit Jakarta yang kita sebut dengan hujan. Kedua adalah air yang tumpah di atas langit daerah tinggi di sekitar Jakarta, yang akan turun ke daerah Jakarta karena sifat air yang bergerak dari tempat tinggi ke tempat rendah.
Jakarta dengan konturnya yang rendah, memaksa Ahok memutar otak untuk menyelesaikan masalah yang ada. Ahok mencarikan solusi. Dia siang malam pagi sore sampai tidak tahu kapan urutan pagi siang sore malam, bekerja untuk mencari solusi.
Beberapa solusi yang ditemukan adalah Sungai Ciliwung. Ahok tidak terpikirkan untuk mengatur kota lain. Kerja sama tetap ada. Tapi terbersit sedikit pun pikiran untuk menyalahkan hujan, Bogor, apalagi Tuhan, tidak ada. Ahok tetap bekerja membenahi dari dalam.
Kenapa? Karena tugas pokok dan fungsi jabatan Ahok sebagai gubernur pada saat itu bersama wakilnya, Djarot Saiful Hidayat, adalah mencarikan solusi bagi warga Jakarta.
Alhasil, semuanya berjalan by progress. Semua berjalan dengan perlahan, namun pasti. Titik banjir dari ratusan, tinggal bisa dihitung jari. Sedikit sekali keluhan. Ketinggian banjir tidak ada yang sampai 3,7 meter. Buset, itu banjir atau Thanos?
Tinggi amat. Ahok Djarot berhasil membangun ratusan pompa, yang bertugas untuk mengalirkan aliran air dengan baik. Semua ketinggian air dibuat merata. Masih tetap banjir? Iya. Masih tetap tinggi? Tidak. Setidaknya solusi sudah ada.
Di tempat yang masih tetap banjir, Ahok meninggikan turap alias bibir sungai. Normalisasi dikerjakan. Normalisasi Ciliwung sudah dalam tahap tender dan tinggal eksekusi.
Tapi semuanya hancur, karena Ahok kalah. Semua kembali ke semula.
Seperti judul di atas, Anies hanya mencarikan alasan-alasan kenapa banjir. Anies menyalahkan Bogor, sampah, hujan di hulu. Semoga saja dia tidak menyalahkan Tuhan.
Anies hanya cari-cari alasan kenapa Jakarta banjir. Inikah pemimpin pilihan 58 persen warga Jakarta? Sayangnya, iya. Iya. Dia adalah pemimpin pilihan 58 persen warga Jakarta.
Jadi sudah ya gaes? Selamat menikmati pemimpin pilihanmu. Sudah dua korban tewas karena banjir 3,7 meter. Semoga tidak bertambah. Saya doakan dari jauh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H