Mohon tunggu...
Abdul Marindul
Abdul Marindul Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis yang belajar untuk menulis dan menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jika PSI Masuk Senayan, Rapat Paripurna Tak Akan Sekosong Itu

21 Maret 2019   11:51 Diperbarui: 21 Maret 2019   11:52 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai WNI yang perduli politik, hati saya teriris-iris melihat bagaimana rapat paripurna di DPR bisa sekosong itu. Dari 560 orang, hanya 24 orang yang hadir di Ruang Rapat Paripurna.

Tahukah kalian apa itu arti paripurna? Paripurna itu artinya "penuh, lengkap, komplit". Lantas, paripurna itu adalah 24 orang? Di mana kalian, wahai wakilku?

DPR itu adalah kependekan dari Dewan Perwakilan Rakyat. Fungsi DPR adalah sebagai suara kenabian, penyalur suara rakyat kepada pemerintah. Sayangnya, sekarang suara rakyat itu diwakilkan oleh Presiden Joko Widodo.

Sekarang ini, kita melihat bagaimana suara rakyat itu dialirkan bukan lagi oleh orang-orang yang secara status dan administratif, yakni orang-orang di kursi legislatif.

Mereka kebanyakan asyik bermain proyek. Mereka menggunakan status mereka untuk memperoleh dan mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya. Satu lustrum itu sedikit, kawan! Uang tidak pernah kenal kata puas.

Anggota DPR yang ada di sana itu, dipilih oleh partai-partai yang ada. Di mana kalian, wahai partai-partai tua, tuwir, dan yang disebut-sebut sebagai partai nasionalis dan agamais? Tentu kita sangat berharap bahwa ada perubahan di dalam tubuh DPR.

Gedung besar-besar itu di daerah Senayan, untuk apa? Untuk dipajang saja? Kalian kira, untuk mendinginkan ruangan rapat yang kapasitasnya 500 lebih orang itu, hanya beberapa ribu? Iya. Beberapa ribu dolar. Uang rakyat dihambur-hamburkan oleh wakilnya.

Ini adalah sebuah tindakan dan keadaan yang sangat jahat. Ketika mereka yang diwakilkan berpanas-panasan, mengirit kipas angin dan AC karena ekonomi katanya susah, wakil rakyat malah boros-boros. Kita butuh reformasi DPR!

Setelah 1998 reformasi di bagian eksekutif, maka 21 tahun kemudian, reformasi harus terjadi di bidang legislatif! Kalau dulu kita duduki DPR untuk menghantam Soeharto, apa sekarang kita harus duduki Monas dan ibadah di sana, untuk menghantam DPR? Rasanya cara seperti itu sudah agak obsolete alias kuno.

Kita sekarang punya satu partai yang memberikan jaminan yang baik untuk reformasi DPR. PSI. Partai Solidaritas Indonesia, yang memiliki sistem informasi yang sangat baik. Dalam program kerjanya, PSI akan menilai setiap kadernya yang ada di kursi DPR, melalui sistem informasi yang ada.

Mereka akan membuat tingkatan-tingkatan performansi untuk memperlihatkan kepada publik, seberapa kinerja kadernya. Ada sistem reward and punishment bagi kader PSI. Setiap mereka, diabsen. Tawaran program kerja ini, menjamin rakyatnya agar tidak pernah menyesal memilih calengnya.

Dalam pileg belakangan ini, kita sudah bosan dikecewakan oleh janji-janji manis caleg. Ternyata caleg tukang mesum, tukang maling, dan penipu.

Kita berharap sekali dengan PSI. Mereka yang menjadi caleg, tidak semudah itu lepas dari tanggung jawab.

Besar harapan kita kepada PSI, agar partai ini bisa mengubah wajah Senayan yang buruk rupa itu menjadi wajah yang tersenyum. PSI harus menjadi suluh dalam kegelapan Senayan. Harus menjadi sinar yang menerangi rusaknya Senayan. Suaranya masih belum lewat 4%. Tapi semoga dengan artikel ini, suaranya bisa 4%!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun