Mohon tunggu...
Abdul Majid Hariadi
Abdul Majid Hariadi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis, Pengajar Praktik Guru Penggerak, Fasilitator Guru Penggerak

Guru

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Lionel Messi dan Kejayaan Catalan

3 September 2020   13:20 Diperbarui: 3 September 2020   13:29 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Ruang ganti Barcelona membara pasca kekalahan memalukan 2-8 dari Bayern Munchen dalam perempat final Liga Champions (15-8-2020). Kekalahan itu menjadi aib besar bagi Barcelona di kancah Liga Champions. Supremesi Barcelona sebagai klub elit runtuh seketika. Barcelona mengakhiri musim 2019/2020 tanpa gelar.

Kedatangan Ronald Koeman sebagai pelatih baru Barca belum menyelesaikan masalah. Sejak menjadi entrenador baru Barca, Ronald Koeman menebarkan teror di pagi hari. Dia menghubungi pemain yang tidak dibutuhkan lagi dalam tim, Beberapa pemain yang sudah menjadi korban diantaranya Luis Suarez (striker), Samuel Umtiti (bek tengah), Arturo Vidal dan Ivan Rakitic (gelandang). Bahkan Suarez, striker berjuluk El Pistolero, di musim pertamanya (2014-2015) bersama Barca berperan besar meraih treble winners serta pencetak 198 gol bagi Barca diperlakukan secara brutal. Dia diminta pergi oleh Koeman lewat pembicaraan hanya 1 menit.

Tak pelak, kondisi itu semakin rumit karena mega bintang klub Catalan Lionel Messi, mengajukan diri keluar dari klub. Meski bebas transfer. Pada (25/8) Messi mengirimkan faks ke Presiden klub, Josep Maria Bartomeu dan menyatakan ingin pergi.

La Pulga sudah membulatkan tekad meninggalkan klub Barcelona. Permasalahan tak kunjung usai karena para fans keberatan jika Messi harus hengkang. Dalam salah satu polling, 73 persen Barcelonistas masih ingin Messi menjadi bagian dari skuad Blaugrana. Demikian petinggi klub, juga berkeinginan kuat untuk mempertahankan Messi. Kondisi semakin rumit karena pihak Messi dan klub memiliki persepsi yang berbeda dengan klausul kontrak yang ditandatangani sebelumnya.

Menurut Messi, dia bisa meninggalkan klub karena sesuai klausul kontrak dia sudah berusia 32 tahun, meninggalkan klub atas keinginannya sendiri, dan di akhir musim sebelum musim terakhir kontraknya. Bagi klub, klausul itu sudah tidak berlaku karena telah lewat 10 Juni 2020 atau sepuluh hari pascafinal Liga Champions 2019-2020 sebelum di undur dan diubah formatnya karena pandemi Covid-19 (Jawa Pos, 31/8/2020).

Keengganan Messi untuk tetap bergabung di Barca ditunjukkan dengan sikap mbalela. Messi tidak hadir pada tes swab (30/8) di markas latihan klub. Bahkan, dia juga tidak hadir pada sesi latihan perdana di bawah pelatih Koeman.

Mangkirnya La Pulga berbuah ancaman denda dari otoritas La Liga sebesar 1,9 miliar per hari sejak Messi tidak menampakkan batang hidungnya pada latihan perdana. Pihak klub memutus kerjasama dengan Cuatrecasas, lembaga penasehat hukum Messi. Hal ini dilakukan untuk mencegah agar Messi tidak meninggalkan klub. Atau setidaknya jika ada klub yang memenuhi klausul pelepasan Messi sebesar EUR 700 juta (Rp 12,2 triliun).

Drama yang terjadi di tubuh tim Barca bagai puncak gunung es. Drama yang terjadi saat ini bukanlah sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba. Ada banyak pemicu. Keputusan Presiden Klub Josep Maria Bartomeu yang memangkas gaji pemain juga membuat suasana ruang ganti panas. Karena pandemi Covid-19, gaji pemain dipotong 70 persen. Pemotongan itu menjadi terbesar di antara klub Eropa. Di sisi lain pihak klub tetap menjalankan megaproyek senilai EUR 600 juta (Rp 10,5 triliun) yang membangun kota mandiri El Barca dengan berbagai fasilitas megah serta menambah kapasitas Stadion Camp Nou.

Messi yang telah mencatatkan namanya sebagai top scorer Liga Champions enam kali (2008-2009, 2009-2010, 2010-2011, 2011-2012, 2014-2015, 2018-2019), tidak lagi sejalan dengan keinginan klub. Suara Messi tidak lagi didengarkan. Pada Juli 2017, Messi menolak keras penjualan Neymar ke Paris Saint-Germain. Nyatanya klub tetap menjual Neymar. Tahun 2019, Messi ingin Neymar dikembalikan ke Barcelona. Manajemen juga tidak mengabulkan.

Sekadar mengingat, sebelum Neymar dijual, kolaborasi trio MSN (Messi, Suarez, Neymar) menjadi momok menakutkan bagi setiap tim lawan. Pada musim 2014-2015 untuk kedua kalinya Barcelona meraih treble winners. Di bawah asuhan tangan dingin Luis Enrique, trio MSN mengantarkan Barcelona sukses dengan tiga gelar Liga Spanyol, Copa de Rey, dan Liga Champions.

Keinginan Messi meninggalkan Barca semakin menarik karena banyak klub di berbagai kasta tertarik dan secara terbuka melakukan perburuan terhadap Messi. Manchester City, misalnya. Kompatriot Messi di Manchester City, Sergio Aguero memberi jaminan nomor 10 yang dikenakannya akan diberikan Messi jika bergabung dengan City. Klub kasta ketiga Spanyol Burgos FC mendadak ramai di laman klub dengan tagar Selamat Datang Messi. Klub top Brasil, Fluminense FC di media sosial klub terpampang nama Messi dengan nomor punggung 10 di jersey klub. Klub Argentina Newell's Old Boys, klub awal Messi meniti karier junior pada 1995-2000, telah mencuri start bertemu dengan Messi.

Bahkan klub promosi Bundesliga 2020-2021 Vfb Stuttgart melakukan cara heroik untuk mendapatkan Messi. Bukan klub, lebih tepatnya para fans Vfb Stuttgart yang ngebet agar Messi bisa didatangkan ke markas klub tersebut. Melalui GoFundMe, fans Vfb melakukan penggalangan dana agar dapat mendatangkan Messi. Target penggalangan dana sebesar EUR 900 juta (Rp 15,6 triliun) atau EUR 200 juta (Rp 3,47 triliun) lebih banyak dari nominal pelepasan kontrak Messi. Pada hari kelima penggalangan dana sudah terkumpul EUR 262 juta (Rp 4,55 triliun).

Akankah kebersamaan 16 tahun Messi dengan Barca akan berakhir? Waktu yang akan menjawabnya.

Bagaimana perjalanan Barcelona ke depan, sungguh hal yang rumit. Mempertahankan Messi menjadi bagian klub juga sangat riskan. Bagaimana memainkan seorang pemain, meskipun pemain bintang, tanpa adanya niat yang kuat untuk membela klub. Ketidaknyamanan yang dirasakan Messi akan sangat memengaruhi performa klub. Seorang pemain yang tanpa hati bermain akan menampilkan kemampuan sekadarnya. Tentu ini akan merugikan klub.

Apa pun yang terjadi, tantangan ada di tangan pelatih Ronald Koeman. Dengan Messi atau tanpa Messi, Koeman harus mampu menjinakkan ruang ganti pemain agar mampu mengembalikan kejayaan Barcelona.

Barcelona tanpa Messi menjadi sesuatu yang aneh. Barcelona ya Messi. Messi ya Barcelona. Barcelona bukan hanya sebuah klub, tetapi merupakan simbol dari kejayaan Catalan. Dan simbol itu semakin kukuh karena Messi.

"Catalan akan selalu menjadi rumahmu. Kami cukup beruntung selama beberapa tahun bisa berbagi hidup dengan pemain terbaik dunia dan seorang atlet yang mulia". Pesan khusus untuk melepas kepergian Messi dari Presiden Catalan Quim Torra.

Begitulah, sepak bola selalu memiliki sejarah untuk dikenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun