Mohon tunggu...
Abdul Majid Hariadi
Abdul Majid Hariadi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis, Pengajar Praktik Guru Penggerak, Fasilitator Guru Penggerak

Guru

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Cristiano Ronaldo dan Perilaku Sedentari

24 Agustus 2020   14:10 Diperbarui: 24 Agustus 2020   14:13 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Peradaban Revolusi Industri 4.0 memberikan pengaruh luar biasa pada kehidupan masyarakat. Setiap individu dapat melakukan apa saja dengan cara yang mudah. Konektivitas antara manusia, barang, jasa, dan layanan teknologi memungkinkan interaksi dapat dilakukan di mana dan kapan saja. 

Berbagai kemudahan tersebut di sisi lain memberikan pengaruh pada kesehatan mental dan meningkatnya perilaku sedentari, yaitu perilaku atau gaya hidup kurang beraktivitas fisik. Seperti perilaku lebih banyak menggerakkan jarinya dengan duduk dan berbaring daripada menggerakkan keseluruhan badannya. Akibatnya fungsi otot tidak bekerja secara maksimal dan kualitas hidup menjadi rendah.

Perilaku sedentari tentu saja akan mengakibatkan penurunan kualitas kebugaran jasmani.  Kebugaran jasmani merupakan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara efektif, untuk menikmati waktu luang, untuk menjadi sehat, untuk melawan penyakit, dan untuk mengatasi situasi darurat. Secara lebih sederhana, kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk dapat melakukan beban aktivitas fisik tanpa mengalami kelelahan berarti. Kebugaran jasmani sangat menentukan produktivitas dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.

Ada dua aspek kebugaran jasmani. Pertama terkait dengan kesehatan (kondisi badan yang sehat). Kedua terkait dengan keterampilan, yaitu kemampuan untuk melakukan aspek tertentu dalam olahraga atau pekerjaan. Kebugaran jasmani tidak hanya ditentukan secara genetis, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Aktivitas fisik adalah salah satu penentu utama kebugaran fisik (Sylejmani et al., 2019)

Mari berkaca pada sosok mega bintang sepak bola Cristiano Ronaldo. Keberhasilan Juventus meraih gelar scudetto ke-9 pada musim 2019-2020 tidak dapat dilepaskan dari kontribusi Ronaldo. Lihat saja, dalam semusim Ronaldo telah melesakkan 31 gol. Dan itu dicapai di usianya yang sudah mencapai 35 tahun. Ingat, pencapaian Ronaldo itu sama dengan ketika dia masih membela Manchester United, musim 2007-2008. Kala itu ia masih berusia 23 tahun, (Kompas, 29/7/2020).

Pada olahraga seperti sepak bola, usia 35 tahun merupakan bukan usia emas. Pada umumnya seorang atlet mencapai puncak usia emas di kisaran usia 26 tahun dan maksimal 30 tahun.

Di tengah persaingan yang sangat kompetitif, Ronaldo masih mampu bersaing dan menjadi bintang di usia 35 tahun. Konsistensi menjaga kebugaran dengan disiplin menjadi kuncinya. Setiap hari, Ronaldo melakukan latihan mandiri selama empat jam, diet makanan sehat, dan menjaga pola istirahat dengan tidur minimal tujuh jam.

Di luar sepak bola kita juga dapat melihat atlet yang berhasil memperpanjang usia emasnya. Di MotoGP ada Valentino Rossi yang masih garang di usia 41 tahun. Di Tenis putra masih didominasi pemain gaek, Roger Federer (38), Novak Djokovic (33), dan Rafael Nadal (34).

Tentu saja masih banyak atlet yang dapat mencapai prestasi melebihi usia emas pada umumnya. Rata-rata mereka tidak terlena dengan nama besar dan tergoda dengan godaan popularitas. Banyak juga contoh kasus di mana seorang atlet kemudian terjerumus dengan perilaku yang tidak sehat sehingga mengakhiri kariernya lebih cepat.

Kita sebagai individu yang bukan atlet setidaknya dapat belajar dari itu semua. Kebugaran individu sangat ditentukan bagaimana perilaku kita sehari-hari. Aktivitas fisik secara teratur dapat memberikan dampak positif untuk menjaga kebugaran jasmani. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagi cara. Misalnya olahraga sesuai dengan cabang olahraga yang diminati, jalan kaki, dan bersepeda.

Tren bersepeda sejak pandemi Covid-19 menjadi angin segar sebagai promosi untuk hidup aktif. Bersepeda Tentu saja ini sangat baik untuk merespons ancaman sedentari. Kegiatan ini akan semakin memberikan dampak positif pada kesehatan masyarakat, ekonomi, dan sosial. Harapannya kegiatan aktif seperti ini tidak hanya sekadar menjadi tren yang kemudian akan segera hilang.

Kegiatan aktif secara fisik dalam pekerjaan dan melakukan aktivitas di rumah dapat juga menunjang kebugaran fisik. WHO merekomendasikan aktivitas fisik untuk menjaga kesehatan tubuh bagi orang dewasa dapat dicapai dengan melakukan aktivitas fisik intensitas sedang selama 150 menit per minggu. Sedangkan untuk remaja melakukan aktivitas fisik intensitas sedang hingga kuat selama 60 menit setiap hari.

Aktivitas fisik sangat penting untuk semua usia. Mari kita mulai dengan membudayakan gaya hidup aktif untuk kesehatan, ekonomi, sosial, dan investasi di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun