Mohon tunggu...
Abdul Majid Hariadi
Abdul Majid Hariadi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis, Pengajar Praktik Guru Penggerak, Fasilitator Guru Penggerak

Guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan dan Berkebudayaan

19 Maret 2019   10:57 Diperbarui: 19 Maret 2019   11:18 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kehidupan generasi saat ini dikuasai oleh egoisme orang-orang dewasa dan dibelenggu secara sadar. Inilah kebudayaan yang selama ini kita bangun dan akhirnya mereka asyik dengan dunianya sendiri.

Dalam ranah kehidupan berbangsa dan bernegara yang dibutuhkan saat ini sebenarnya hanyalah adanya uswatun hasanah, teladan yang baik. Ketiadaan teladan inilah yang seringkali menimbulkan gejolak dan perpecahan di tengah masyarakat. Dengan teladan yang buruk maka generasi saat ini akan mendapatkan asupan yang tidak sehat bagi perkembangan mental, sosial, dan spiritualnya.

Pendidikan berkebudayaan pada ranah keluarga juga begitu kompleknya. Ada banyak faktor yang mendukung terwujudnya pola pendidikan keluarga yang baik. 

Mulai dari relasi dan peran suami istri, konsepsi tentang pendidikan anak, harta, komunikasi, dan hubungan sosial. Ekosistem keluarga menjadi awal yang strategis untuk menyemai sebuah peradaban unggul.

Dalam lingkup pendidikan nasional yang menjadi elan vital bangsa harus melakukan investasi besar-besaran berkaitan dengan sumber daya manusia. Dengan bonus demografi (demographic dividend) yang dimiliki seharusnya menjadi momentum dan harus dimanfaatkan secara maksimal untuk membangun kemajuan bangsa. Dibutuhkan kesadaran dari kita semua untuk menjadi kreator intelektual guna meningkatkan peradaban dalam berbangsa dan bernegara.

Proses pendekatan pembelajaran harus bermuara pada kebutuhan murid dengan tetap berpijak pada khasanah bangsa. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Nurul Zuriah (2007: 175), bahwa pendidikan mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai transfer nilai (transformation of value) dan transfer pengetahuan (transformation of knowledge).

Keseimbangan fungsi inilah yang terkadang tidak terjadi karena berbagai faktor. Dengan beragam tuntutan, guru dan satuan pendidikan tidak memiliki ruang yang cukup untuk membangun ekosistem pendidikan berbudaya. Bahkan yang terjadi adalah dominasi fungsi transfer pengetahuan dibanding transfer nilai. 

Akibatnya, proses pendidikan saat ini menonjol dalam hal menghasilkan manusia-manusia yang terampil mengikuti perkembangan dan cenderung mendewakan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa ditopang peradaban, sikap dan budi pekerti yang baik. 

Dominasi inilah yang kemudian menghasilkan manusia dengan karakter materialistik, hedonistik, dan masyarakat yang mengalami proses pembusukan nilai-nilai.

Begitulah, sinergitas pendidikan di rumah, sekolah, dan masyarakat merupakan peluang paling memungkinkan untuk membentuk ekosistem masyarakat berbudaya. Ekosistem pendidikan berkebudayaan menjadi ladang tumbuh untuk menyemai potensi lahiriah dan batiniah insani yang seimbang. 

Akhirnya, menutup tulisan ini mari kita renungkan pesan Ki Hadjar Dewantara, "Bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual), dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan bertumbuhnya kesempurnaan hidup anak-anak kita."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun