Mohon tunggu...
Abdul Majid Hariadi
Abdul Majid Hariadi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis, Pengajar Praktik Guru Penggerak, Fasilitator Guru Penggerak

Guru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ekosistem Keluarga dan Kualitas Generasi

13 Agustus 2018   08:25 Diperbarui: 13 Agustus 2018   12:45 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Relasi yang kurang baik antara orangtua dengan guru di sekolah inilah yang kemudian membuat pendidikan dan pengajaran yang ideal bagi anak semakin jauh dari harapan. Untuk itulah relasi antara orangtua dengan sekolah harus dibangun dengan baik. Orangtua harus bisa membangun komunikasi dengan wali kelas, komunikasi antar orangtua, serta aktif dalam kegiatan penguatan pendidikan karakter anak. Demikian juga sekolah harus memberi ruang yang luas untuk berkolaborasi dengan orangtua. 

Dengan memberi penguatan pendidikan keluarga dan masyarakat untuk mendukung pendidikan di sekolah mampu memberi asupan positif bagi perkembangan karakter dan prestasi anak serta menjauhkan anak dari perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan etik, moral, dan kesantunan.

Menurut Greenwood & Hickman (dalam Grbztrk & Sad, 2010) menyebutkan bahwa keterlibatan orangtua di sekolah memberikan kontribusi yang positif dalam prestasi akademis, frekuensi kehadiran, iklim sekolah, persepsi orangtua dan anak tentang belajar di kelas, sikap dan perilaku positif anak, kesiapan anak untuk mengerjakan pekerjaan rumah, peningkatan waktu yang dihabiskan anak bersama orangtuanya, aspirasi pendidikan, kepuasan orangtua terhadap guru, dan kesadaran anak terhadap kehidupan yang baik. (http://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id)

Peran orangtua yang semakin jauh dalam pendidikan keluarga menjadikan lahirnya generasi tuna sosial. Permasalahan sosial saat ini mengalami tren kenaikan pelaku dan korbannya masih tergolong anak-anak. Pemerkosaan, pembunuhan, penjambretan, kekerasan fisik dan psikis, prostitusi, dan narkoba saat ini lekat dengan dunia anak. 

Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Kemendikbud merilis data persoalan sosial yang terkait dengan anak, sebanyak 18.747  anak terlibat pornografi anak, 100-150 ribu anak menjadi korban eksploitasi seksual, sebanyak 50 triliun rupiah per tahun untuk belanja pornografi, 45% kasus pidana adalah kejahatan seksual, dan 50% pengakses situs porno adalah pelajar.

Lingkungan yang gemerlap tidak membuat anak bahagia secara batin namun malah membuat anak semakin terasing dari kehidupan keluarga dan sosial. Kehadiran mereka terabaikan dari kehidupan orang-orang terdekatnya. 

Kondisi absennya orangtua dalam pendidikan keluarga akan menyebabkan yang oleh Rhenald Kasali disebut sebagai lahirnya strawberry generation. Sebuah subset keadaan generasi yang rapuh walaupun terlihat indah. Generasi ini memiliki banyak gagasan dan kreatif namun mudah hancur, kecewa, dan sakit hati.

Tentu ini patut menjadi renungan bagi semua. Berbagai pihak harus bersinergi membangun kesadaran bersama bahwa pendidikan dan pengajaran dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat merupakan sarana membangun misi besar kehidupan manusia. Sehingga ada kesinambungan pola pendidikan yang diberikan dalam keluarga dengan pendidikan di sekolah dan masyarakat.

Patut menjadi pengingat sebuah nota yang ditulis oleh RA Kartini bersama adiknya Roekmini pada tanggal 19 April 1903. Nota itu berisi tulisan sebagai berikut, "Kami mencari dan menyelidiki. Kami memperhatikan, merasakan, dan menderita bersama orang banyak. Dan kami makin lama makin jelaslah bagi kami dan akhirnya terang dan tetap dalam pandangan kami, tergores dalam otak dan hati kami: "Sekolah saja tidak cukup untuk membentuk pikiran dan perasaan manusia, rumah pun harus turut mendidik."

 Akhirnya, kesadaran dan kecerdasan kolektif harus dibangun bahwa keberadaan anak-anak merupakan investasi fundamental bagi kelangsungan generasi. 

Keluarga sebagai institusi sosial paling kecil namun memberikan pengaruh yang sangat besar bagi kualitas generasi. Maka disinilah peran orangtua harus terlibat aktif dalam proses pendidikan di keluarga. Sudah saatnya education-mama, yaitu pendidikan profetik yang menjadikan keluarga terutama ibu sebagai punjer pendidikan anak kembali digaungkan dan dikembangkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun