Mohon tunggu...
Abdul Majid Hariadi
Abdul Majid Hariadi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis, Pengajar Praktik Guru Penggerak, Fasilitator Guru Penggerak

Guru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ekosistem Keluarga dan Kualitas Generasi

13 Agustus 2018   08:25 Diperbarui: 13 Agustus 2018   12:45 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tiap-tiap rumah adalah perguruan, tiap-tiap orang jadi pengajar." Demikian kata Ki Hadjar Dewantara tentang betapa pentingnya peran keluarga dalam melahirkan generasi unggul. Ekosistem keluarga menjadi sandaran vital keberlangsungan kualitas generasi. 

Kualitas masyarakat saat ini menjadi cermin bagaimana peran keluarga dalam membangun ekosistem keluarga. Beragam persoalan sosial yang terjadi di masyarakat yang melibatkan anak dalam pusaran korban dan pelaku telah menunjukkan terjadinya penyimpangan hipotesis bahwa keluarga merupakan lembaga pertama dan utama pendidikan anak.

Era di mana hedonisme menjadi kiblat keberhasilan sebuah keluarga telah menggeser semakin jauh pola pendidikan dalam keluarga. Interaksi dan ekosistem keluarga dibangun sambil lalu. Bahkan jika perlu hanya melalui remote di gawai. 

Hubungan antara anak dan orangtua sebatas hubungan digital dalam dunia maya. Akibatnya anak tumbuh tidak dalam suasana kondusif dan menyenangkan yang mendukung perkembangan jasmani, sikap, mental, dan spiritual. Mereka tumbuh bersama keterasingan sehingga jiwanya gersang dan rapuh.

Rumah dan keluarga sebagai tempat pendidikan utama mulai hilang dari pemikiran pendidikan. Dominasi alam berpikir masyarakat memandang bahwa belajar adalah kemutlakan pendidikan formal. 

Segala urusan tentang pengetahuan, sikap, dan mental anak sepenuhnya diserahkan  dan bergantung pada guru dan sekolah.  Belajar hanya dipahami sebatas pada anak harus pergi ke sekolah.

Padahal peran sekolah sendiri hanya mengisi 30 persen dari ruang belajar anak. Nilai akademik yang diperoleh anak di sekolah belum mencerminkan nilai anak secara keseluruhan. Apalagi kalau peran orangtua minim bahkan tidak ada sama sekali, maka hasil dari rerata nilai yang diperoleh anak sangat kecil. 

Ini artinya pencapaian nilai akademik yang baik tidak menjamin kualitas kehidupan anak di masyarakat juga baik. Maka orangtua jangan hanya menuntut anak mendapatkan nilai yang baik tapi nilai-nilai dalam keluarga diabaikan.

Saat ini, rumah dan keluarga bukan lagi sebagai tempat pendidikan dan pengajaran. Keluarga sebagai fungsi edukatif mulai ditanggalkan digantikan fungsi ekonomis dan materialis. 

Ruang keluarga hanya menjadi penyalur kebutuhan anak secara materi. Bukan lagi sebagai tempat yang nyaman untuk bermain dan belajar. Sedangkan peran orangtua hanya lebih pada pemasok untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika peran ini sudah dilaksanakan maka selesai sudah peran orangtua dalam keluarga.

Pendidikan dan pengajaran yang semakin jauh dari keluarga mereduksi interaksi edukatif dan psikologis orangtua dengan anak. Dari keluargalah seorang anak mendapatkan pengalaman kasih sayang, menghormati, empati, dan beragam karakter lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun