Guru memiliki peran penting dalam menyukseskan pendidikan. Peran, fungsi, dan kedudukan guru belum bisa tergantikan, sekali pun di era teknologi canggih sekarang ini. Namun begitu, agar kegiatan pembelajarannya berjalan sukses, guru dituntut selalu bias beradaptasi dengan perkembangan zaman. Karena, perkembangan zaman kerap memunculkan perubahan. Guru harus tanggap dengan perubahan tersebut, sebab beda zaman beda pula cara.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru sudah seharusnya mempersiapkan diri secara maksimal. Bahkan, guru dituntut untuk terus melalukan inovasi dalam menyambut perubahan kurikulum yang kerap terjadi di negeri ini.Â
Hal itu dilakukan untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan, sebagaimana yang diamanatkan UU Nomor 20 Tahun 2003, pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam UU tersebut, disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
UU tersebut merupakan penjabaran dari pasal 31 UUD 1945 ayat 3 yang berbunyi, "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang."
Guru sebagai seorang pengajar sekaligus pendidik harus selalu siap menghadapi setiap perubahan kurikulum. Phillip (2009) dalam buku Leading for Learning menyebutkan guru adalah seorang pemimpin.
Karena, pada dasarnya, guru adalah seorang pemimpin yaitu pemimpin bagi murid-muridnya dalam proses pembelajaran di kelas. Sebagai seorang pemimpin, guru mempunyai tugas membimbing, mengarahkan serta memfasilitasi siswa untuk maju dan berkembang.
Selain itu, guru dituntut selalu berinovasi dalam proses pembelajaran menyiapkan serta merancang pembelajaran yang menantang siswanya sehingga timbul rasa senang untuk belajar dan timbul perasaan rindu untuk datang dan belajar di sekolah.
Menurut Ancok (2012), seorang pemimpin harus berpandangan jauh ke depan dengan perencanaan yang lebih bersifat jangka panjang. Berarti, guru dalam mengajar harus memiliki pandangan jauh ke depan. Karena, dia harus mempersiapkan siswanya menjadi generasi penerus estafet pembangunan di masa yang akan datang.
Sehingga, dalam proses pembelajaran guru tidak hanya dituntut mengajarkan materi semata-mata. Bukan sekadar bertujuan agar siswa dapat mengerjakan soal ujian dan lulus dengan nilai baik. Atau, sekadar mengejar output tanpa memperhatikan aspek-aspek lainnya.
Tak jarang terjadi, untuk mencapai nilai baik, guru harus mengorbankan nilai kejujuran dan menghacurkan rasa percaya diri siswa.
Menurut Slamet PH (2012), dalam mengajar guru harus memperhatikan proses, output, outcome, dan dampak (impact). Proses adalah aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung.
Outcome adalah kegembiraan yang diberikan guru kepada muridnya setelah lulus sekolah dengan diterimanya ia di sekolah yang lebih tinggi sesuai keinginannya dan adanya pengakuan dari pihak luar terhadap lulusan sekolah asal.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya murid yang diterima di sekolah-sekolah favorit. Berarti dalam ini ada pengakuan dari pihak luar terhadap mutu lulusan sekolah tersebut.
Adapun, dampak (impact) merupakan hasil dalam jangka menengah/panjang yang ingin dicapai oleh guru dalam mengantarkan muridnya memperoleh kegembiraan jangka panjang. Hal ini bisa buktikan jika di sekolah barunya si murid lebih berprestasi misalnya menjadi rangking satu, menjadi siswa teladan, juara di bidang olah raga dan seni, juara olimpiade sain dan kejuaraan-kejuaraan lainya.
Bahkan, keberhasilannya ini bisa dirasakan ketika si murid hidup di tengah masyarakat setelah lulus dari sekolah. Misalnya, si murid menjadi pejabat yang amanah, pengusaha sukses yang dermawan, guru atau dosen yang mampu mencerdaskan anak bangsa untuk menuju Indonesia lebih maju dan mandiri.
Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya tidak memposisikan sebagai satu-satunya sumber belajar dan informasi bagi siswanya. Guru hendaknya tidak mengganggap siswanya  bagaikan tong kosong yang belum berpengetahuan dan harus diisi penuh oleh guru. Tetapi, harus beranggapan siswa telah memiliki pengetahuan. Menurut Nurul (2012), setiap manusia mempunyai prayer knowledge. Siswa telah mempunyai pengetahuan sebelumnya, maka tugas guru adalah memberi stimulus bagi siswa untuk belajar dan berkarya dengan berbagai media.
Guru harus berusaha maksimal dalam mengembangkan kompentesinya agar dapat memberikan pelayanan terbaik kepada siswanya, terutama dalam situasi pandemi Corona yang terjadi saat ini. Di mana guru dan siswa tidak bisa bertemu secara langsung di kelas untuk melakukan proses belajar mengajar, sebagaimana situasi normal. Di saat pademi ini guru dan siswa harus menjaga jarak. Mereka harus menjalani social distancing, sebagai upaya menjaga keselamatan guru dan siswa dari tertular virus Corona.
Walaupun guru dan siswa tidak bisa bertemu secara langsung bukan berarti proses pembelajaran harus berhenti. Pembelajaran harus tetap berjalan agar siswa mendapatkan haknya memperoleh pengetahuan. Pembelajaran dalam hal ini bisa dilakukan secara daring. Namun, pembelajaran daring ini bisa berjalan, jika guru melek teknologi informasi, khususnya internet dan beberapa aplikasi pembelajaran terkait. Media pembelajarannya bisa berupa smartphone maupun laptop. Di era digital yang serba canggih ini, smartphone sudah menjadi kebutuhan primer manusia.
Dalam pembelajaran ini, guru bisa menggunakan beberapa aplikasi yang tersedia secara gratis. Diantaranya adalah aplikasi Edmodo, Google For Education, Microsoft Office 365, dan beberapa platform penyedia pembelajaran daring yang direkomendasikan oleh Kemendikbud. Sebut saja, Rumah Belajar, Zenius, Ruang Guru, Kelas Pintar, Quipper School, Qisco Webex, dan lainnya. Dengan menggunakan aplikasi ini, guru bisa menampilkan materi pelajaran, tugas harian maupun penilaian yang ia bagikan. Materi pelajaran yang dibagikan bisa berupa dokumen, power poin, maupun video pembelajaran. Materi tersebut bisa buatan guru sendiri, bisa juga dengan mengunduhnya dari internet. Ambil contoh, untuk video pembelajaran guru bisa mengunduh dari Youtube, membuat sendiri dengan menggunakan aplikasi Screencast-O-Matic atau sumber lain. Siswa bisa mengakses materi pelajaran melalui smartphone mereka. Mereka pun juga bisa membagikan hasil kerjanya dan mengerjakan tes dengan smartphone miliknya.
 Sementara itu, untuk keperluan tatap muka dengan siswa, guru bisa melakukannya melalui teleconference, diantaranya dengan menggunakan aplikasi Google Hangouts, Zoom Meetings, Jitsi Meet, Amazon Chime, dan lainnya. Guru bisa langsung berkomunikasi dengan siswa sekelas dalam waktu yang sama. Jika ada kendala dan siswa perlu bertanya langsung kepada guru, bisa menggunakan Voice Call Whatshapp, Call Duo, atau Voice Note pada aplikasi Telegram. Dalam pembelajaran ini, ketersediaan data internet menjadi faktor penting sebab komunikasi dalam pembelajaran ini membutuhkan jaringan internet yang memadai.
Tak kalah penting, dalam pembelajaran daring ini, siswa perlu diberikan motivasi untuk menjalani kegiatan pembalajaran dengan senang hati dan penuh keikhlasan. Sehingga, diharapkan siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam pembelajaran dengan guru, teman sebaya maupun belajar secara mandiri. Diharapkan pula, siswa akan tergerak dan mampu menciptakan inovasi belajar yang menyenangkan bagi dirinya sendiri.
*) Guru di SMP Negeri 1 Boyolangu Tulungagung, Jatim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H