Tak lama setelah mendengar berita itu Santi pergi meninggalkan rekannya tanpa pamit, rekannya kebingungan berbisik kepada rekan lainya.
"Santi marah kali ya".
Yusuf yang menyaksikan Santi menuju neneknya bertanya-tanya, tanganya terkepal saat disapa tak menjawab, Yusuf mengikutinya dari belakang.
Santi di titipkan oleh ibunya yang bekerja di luar negeri sebagai PMI kepada neneknya hampir setahun. Sedangkan bapaknya tak berkabar setelah ia pamit untuk ikut berlayar dengan juragan kapal di desanya. Sehingga ibunya Santi memberanikan diri untuk jadi PMI demi masa depan anaknya dan memperbaiki kehidupanya.
Di desanya menjadi PMI adalah candu, setiap rumah pasti ada anggota keluarganya yang menjadi PMI. PMI adalah pilihan pekerjaan yang menjanjikan. Mengangkat martabak keluarga. Tiga tahun bekerja membangun rumah dan membeli sepetak sawah jaminannya.
"Pekerjaan di rumah atau di Indonesia tak bisa menjanjikan apa-apa hanya untuk bertahan hidup saja". ujar Udin, Bapak tiga anak yang ketiga anaknya menjadi PMI di negeri Jiran. Udin dan istrinya rumahnya bak sekolah day care bagi cucu-cucunya.
Ia dijanjikan anak-anaknya sebulan 2 juta untuk mengurusi segala tetek bengek kebutuhan cucunya di luar kebutuhan lainya.
 "ya mendingan ngurus cucu dari pada kerja buruh tani". ujarnya.
Kebutuhan cucunya tak lama setelah ia video call dengan anaknya di negeri Jiran langsung ada. Hp, sepeda listrik.Semua terpenuhi keinginannya.
Hilangnya Pengetahuan
Pekerja Migran Indonesia PMI adalah pilihan pekerjaan bagi masyarakat kelas bawah, Pedesaan. Anggapannya Desa tidak lagi menjanjikan untuk hidup. Sawah, ladang, sungai dan laut tak lagi dianggap menghidupi. Â PMI lah harapan keluarga-keluarga di pedesaan.