"Jangan harap ini akan selesai ya.."ujar Rendy hatinya puas melihat air mata Linda sudah berkelindan kedua kelopak matanya.
"Ayah cepat dong..ini sudah jam 7.00". Melani merengsek ingin segera diantar ke sekolah.
Rendy dan Linda sepuluh tahun menikah di karuniai Melani putri anak satu-satunya yang diharapkan. Ditahun pertama pernikahan Rendy dan Linda bagaikan dua keping koin yang tidak terpisahkan, maklum ia mengenal Linda sejak kelas satu sekolah menenggah pertama kemudian ia menjalin asmara hingga akhir masa sekolahnya.
Rendy dan Linda sempat dipisahkan oleh jarak saat Rendy memenuhi keinginan orang tuanya untuk sekolah di luar kota. Sedangkan Linda memilih tak melanjutkan sekolahnya karena ia harus meringankan beban orang tua dan memberikan kesempatan kepada adiknya untuk bersekolah di tempat Linda sekolah.
"Entah kenapa tiba-tiba mereka menikah. Terkejut mendapatkan informasi mereka berdua menikah". Ujar Asep teman Rendy semasa sekolah SMP itu yang saat ini Asep duduk di bangku kelas 12.
Asep hanya tau bahwa Rendy sekolah di luar kota, bahkan hampir tidak bertemu lagi setelah mereka berpisah dengannya. Padahal Rendy dan Asep sahabat karibnya sejak masa kecilnya.
"memang bapaknya Rendy orangnya disiplin banget. kalau suddah jam 9 malam Rendy harus ada di rumah. kalau melebihi itu dia akan tidur di teras rumah". Asep mengenang Rendy.
"Rendy bukan anak yang nakal, diantara sekelas mungkin Rendy tergolong yang ke 10 diantara kami yang nakal, pokoknya anaknya baik". Ia melanjutkan mengenang Rendy.
Permasalahan-permasalah keluarganya terus bergulir, sejak ia memutuskan hidup terpisah dari keluarga Rendy. Delapan tahun ia mengantungkan hidup bersama Linda sebagai Istrinya kepada orang tuanya. Pekerjaannya hanya menunggu perintah dari bapaknya yang memiliki pengilingan padi terbesar di desanya.
Linda setiap harinya murung akibat perlakuan Rendy yang semena-mena, kebutuhan keluarganya semakin hari semakin terpuruk sejak orang tuanya Rendy tidak lagi memenuhi kebutuhan keluarganya, Rendy belum punya pekerjaan tetap. Yang dulu ia bekerja di tempat bapaknya membantu produksi beras milik bapaknya. Kini ia harus ia harus mandiri mencari pekerjaan serabutan atau musiman.
Pabrik penggilingan beras milik bapaknya tak seramai tiga tahun terkahir akibat banyaknya para petani gagal panen akibat hama menyerang area pertanian.
Kini mereka dikarunia satu anak perempuan, Melani sudah duduk di bangku sekolah dasar.
Perlakuan kasar Rendy kepada Linda kerap ia ingin mengakhiri hidupnya, tapi Linda melihat Melani yang buah hati yang tak mungkin ia hidup tanpanya. Â
Cerita ini adalah satu dari ratusan kisah problem pernikahan yang tidak harmonis akibat dari perkawinan di bawah umur. Pemerintah menaikkan usia pernikahan menjadi 19 tahun usia laki-laki dan perempuan untuk calon pengantin Perempuan agar mereka sudah memiliki mental baik fisik maupun batin. Secara lahir mereka berdua sudah cukup untuk kebutuhan ekonomi dan secara batin perempuan sudah siap untuk menerima kondisi keluarga mereka hadapi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H