Mohon tunggu...
Dul
Dul Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Orang biasa

Bahagia dan Membahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Punya Mata Tapi Tak Punya Hati

2 Juli 2024   09:51 Diperbarui: 2 Juli 2024   10:05 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia terheran-heran tanah kelahiranya seperti borok, koreng (luka kulit) terlihat dari jendela pesawat saat iaterbang menuju Jakarta. Ini adalah pengalaman pertamanya menunggangi pesawt terbang. Dunia lahir dan besar di pulang Bangka Belitung, pulau yang penuh dengan pesona keindahan pantainya dan melimpah aneka ragam seefoodnya. 

Semasa kecil Dunia mengenangnnya ia sering sekali diminta membantu kedua orang tuanya memikul hasil bumi yang sangat terkenal di tempat ia tinggal yaitu lada hitam, Lada hitam tumbuh subur di atas tanah berpasir dan gembur dengan unsur hara yang bagus, sehingga lada hitam tumbuh subur di pulau ini.

Pulau Bangka terletak di sebelah pesisir Timur Sumatera Selatan, berbatasan dengan Laut China Selatan di sebelah utara, Pulau Belitung di timur dan Laut Jawa di sebelah selatan yaitu 120'-37 Lintang Selatan dan 105 - 107 Bujur Timur memanjang dari Barat Laut ke Tenggara sepanjang 180 km. (wikipedia).

Masa kecil Dunia dikelilingi hasil bumi yang melimpah saat musim durian tiba laiknya buah-buahan yang tak berharga, Pemandangan hutan begitu indah, suaa burung-burung merdu menghiasi pagi hari, begitupun hewan-hewan liar, seperti kijang mudah didapat.

Dunia merinding priharin melihat secara langsung kondisi tempat ia tinggal penuh dengan kubangan air bekas galian timah yang ditinggal tuanya. hutan berubah menjadi kubangan penuh dengan air. Ia sering sekali mendapat kabar duka anak meninggal akibat terperangkap di kubangan air itu.

Ia mengalami tiga dekade perubahan besar di sektor ekonomi. Yang dulu masayarakt Pulau Bangka Belitung beramai-ramai membuka lahan secukupnya untuk di tanami lada hitam, selanjutnya masayarakat beramai-ramai berlomba membeli perangkat penambang timah dengan mesin secara tradisional akibatnya lada hitam di tinggalkan bahkan ladang yang tadinya subur untuk ladang tak segan-segan pemilik lahan membongkar berebut mancari timah. Akibat harga timah melebihi harga lada. Ladang hancur akibat berubah menjadi kubangan air, Mineral dan unsur hara hanyut menyisakan tanah yang tandus sumber air hilang, Masyarakat menyulapnya menjadi areal perkebunan Sawit.

Lamunan Dunia di dalam pesawat terbang tak terasa ia meneteskan air matanya saat mengenang masa-masa keindahan pulau bangka. Ia hanya pasrah dengan kondisi ini, Lada hitam entah kemana, penambangan timah di kebiri oleh pemerintah kini hanya berpangku tangan pada sawit yang harganya mentah.

Ia rindu puluhan buah Durian berebut dengan saudara saat pagi buta, ia kehilangan kicauan burung yang merdu, ia tak lagi melihat mengendus dibalik semak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun