Mohon tunggu...
Dul
Dul Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Orang biasa

Bahagia dan Membahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Belajar dari Ojol Asmara Terselubung

6 Juni 2024   10:17 Diperbarui: 6 Juni 2024   10:22 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"si Neng itu seumuran adik bungsu saya, saya lima saudara dan saya anak pertama, makanya saat saya mengantarkan saya seperti sedang mengantarkan adik saya". ujar pak mengenangnya.

Waktu semakan berjalan hubungan antara ojek langganan dan konsumen berubah menjadi hubungan special, pak de tak lagi sungkan berkunjung ke tempat kosnya meski bukan jam jemputnya. Juga si Neng tak malu lagi meminta untuk memenuhi segala kebutuhanya.

Petaka terjadi

Pada akhirnya hubungan pak de dan si neng terendus oleh istrinya, saat ponsel pintarnya tertinggal di rumah saat ia bekerja. saat itu pula ponselnya selalu berdering, niat baik istrinya untuk menerima panggilan berujung petaka rumah tangganya. Semua atribut ojek online dibakar seperti hatinya sang istri yang sedang membara.

Saat pulang ke rumah pintu terbuka lebar untuk pak de untuk keluar dari rumah. Tas besar dan segala macam pakaian pak de berserakan di atas tempat tidur dan ponselnya ditempat yang sama saat pak de meninggalkan ponsel, sang istri acuh dengan mata yang lebam.

"Silahkan pergi dari rumah ini". tegas istri saat pak de dalam kondisi bingung melihat kondisi kamar bak kapal pecah, berantakan. Pak de sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya dan memberikan penjelasan kemudian sang istri masuk ke kamar anaknya dengan membanting pintu kamar.

Pak de menghela nafas panjang mengenal kisah pilunya saat ia menjalin asmara dengan perempuan lain. Ia berpesan kepada saya untuk tidak sekecil apapun memberikan perhatian kepada lawan jenis, melainkan harus bersikap sewajarnya. Sekecil apapun perhatian itu kepada perempuan lain semakin hari semakin besar dan dianggap ia mencintainya. Saya sedang tidak menyalahkan perempuan tetapi saya sedang mempermainkanya.

"jangan sekali-kali mempermainkan perempuan yah". pesan pak de kepada saya.

Tulisan ini hasil cakapan bersama yang pak de Hartono-nama samaran, saat sedang bersama di warung kopi menunggu penumpang. Saya bersyukur bertemu pak de mengingatkan dan sekaligus memberikan kisahnya untuk menghormati dan memuliakan perempuan, karena perempuan adalah sumber kehidupan. Sungkem pak de semoga selalu sehat, bahagia dan membagiakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun