Mohon tunggu...
Abdullah Zain
Abdullah Zain Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Mahasiswa Universitas Diponegoro

In Harmonia Progressio

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Organisasi, Event, dan Guru Bahasa Indonesia yang Kolot

21 Maret 2021   14:10 Diperbarui: 21 Maret 2021   14:18 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: cnbcindonesia.com/

Percekcokan tidak menemui titik temu, karena si  penanya yang berprofesi sebagai guru Bahasa Indonesia merasa benar, dan panitia pun juga demikian. Tapi panitia lomba sepenuhnya berada di posisi yang benar, sedangkan guru Bahasa Indonesia ini menggunakan narasi yang ia anggap benar dan baik di posisi yang salah.

Beberapa panitia sudah menyampaikan dengan pelan dan sejelas-jelasnya, bahkan beberapa peserta lomba yang merasa paham juga ikut memperjelas apa yang dikatakan panitia, tapi si guru Bahasa Indonesia ini masih juga mau ngeyel.

Sampai salah satu peserta ada yang nyeletuk "diantara kita pasti ada yang tergabung dalam organisasi, dan tau bagaimana tentang pengambilan keputusan, sehingga tidak seenaknya untuk merubah keputusan yang telah disepakati".

Sontak saya menyimpulkan dengan ngawur, tapi yakin benar, bahwa kata "diantara kita" ini ada pengecualian untuk si guru Bahasa Indonesia tadi. Mungkin dia tidak pernah ikut organisasi, apalagi tergabung dalam kepanitiaan event, terutama lomba.

Ngeyelnya saja minta ampun, juara juga tidak, malah pamer-pamer kalau dia adalah guru Bahasa Indonesia, pengajar UTBK, penulis, sudah lomba kemana-mana, aduhhh, dalam hati saya berkata "iya pak guru... saya percaya".

Oh iya satu lagi, si guru Bahasa Indonesia tadi juga minta untuk sharing karya antar peserta, dan ia sampaikan di grup bahwa sudah ada yang mengirim karyanya ke dia, dan dengan bangganya ia berkata "sudah saya koreksi, dan saya beri masukan". Waduh, kok jadi gitu ya?

Pendek kata si guru Bahasa Indonesia tadi jadi terkesan sombong, keminter, (baca: sok pintar) tapi nol besar. Maka saya jadi paham betapa pentingnya ikut organisasi dan kepanitiaan dalam berbagai event, agar kita dapat menempatkan diri sesuai dengan situasi yang baik dan benar. Bukan malah ngeyel tanpa mempedulikan aturan main. Duh, si guru yang harusnya jadi contoh malah terkesan tidak patut dicontoh.

Saat itu endingnya panitia yang menang dengan keteguhannya, dan guru Bahasa Indonesia yang terkesan masih berat hati. Karena saya menyadari mayoritas dalam grup itu adalah mahasiswa dari berbagai kota dan universitas, saya akhiri dengan cuitan "hati-hati yang muda, ntar kualat sama yang tua". Salam canda. Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun