Mohon tunggu...
Abdullah Zain
Abdullah Zain Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Mahasiswa Universitas Diponegoro

In Harmonia Progressio

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyoal Pancasila dan Gagapnya Guru Jika Ditanya

18 Maret 2021   20:19 Diperbarui: 18 Maret 2021   21:15 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: wallpapercave.com

Hal ini perlu kita uji, andai kata ada murid yang berani bertanya pada gurunya tentang Pancasila, dengan inti pertanyaan "mengapa di Indonesia ada fundamentalis, sedangkan kita memiliki sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa?"

Atau "mengapa di Indonesia masih terjadi bentrok antar suku, ormas, dan lainnya, sedangkan kita punya sila ke-3: Persatuan Indonesia?", jika berani mungkin dengan pertanyaan yang lebih menohok "mengapa hukuman pejabat yang koruptor lebih ringan dari pada yang mencuri sandal atau kayu bakar, sedangkan kita punya sila ke-5: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia?"

Jika murid dibekali pelajaran yang mengasah critical thinking, ketajaman berpikir, mungkin mereka akan bertanya-tanya seperti yang diatas, mengapa hal itu terjadi di Indonesia kalau katanya nilai-nilai Pancasila digali dari akar budaya bangsa. Sebab, budaya yang terkandung dalam setiap nilai Pancasila tidak selaras dengan keadaan yang sesungguhnya. Jadi budaya kita yang mana?

Dan dapat ditebak, dengan dicecar pertanyaan seperti diatas oleh muridnya sendiri, guru-guru akan gagap, gelagapan, bingung mau jawab apa. Karena jika ia menjawab yang tidak sesuai dengan buku pelajaran sekolah, akan lebih runyam persoalannya.

Saya tidak menyalahkan guru, guru hanya menyampaikan apa yang tercantum dalam buku pelajaran yang resmi. Sepenuhnya saya dukung sepak terjang guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Hanya saja hal-hal yang bersifat kontradiksi dalam materi pendidikan di Indonesia, selayaknya pihak yang berwenang harus segera meluruskan.

Jangan sampai kita terus terbelenggu dan bergelut dengan ketidak sinkronan. Yang makin lama makin menumpulkan nalar kita, ketajaman berpikir kita. Sekian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun