Mohon tunggu...
Abdullah Zain
Abdullah Zain Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Mahasiswa Universitas Diponegoro

In Harmonia Progressio

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Amarah Telah Usai

11 Maret 2021   13:55 Diperbarui: 11 Maret 2021   14:15 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Amarah telah Usai

Masalah menjadi runyam ketika aku mencoba menenangkannya.
Alih-alih dapat berdamai kembali, jutru emosinya semakin memuncak.
Tatapan Sinta kepadaku begitu tajam bagaikan macan yang hendak menerka mangsanya.
Nasehat yang nyaris aku lontarkan sudah sampai tenggorokan, kembali kutelan dalam-dalam.

Ini bukan saat yang tepat untuk menasehati.
Aku memutar otak untuk mencari celah apa yang harus aku lakukan.
Hampir tiga puluh menit kami hening tanpa suara.
Akhirnya tanganku terpanggil untuk membelai rambutnya.

Ketika tanganku hendak mendarat di atas ramputnya, ia menepis dengan tangan kirinya.
Sinta memang gadis yang kolot, angkuh, dan besar kepala.
Sontak aku menarik tanganku, kembali memainkan kuku dengan tangan kiriku.
Terdengar ia menghela nafas dengan panjang.

 "Aku harus bagaimana?"
Suara yang aku nanti tiga puluh menit yang lalu akhirnya terdengar.
Aku keluarkan semua nasehat yang sempat tertelan tadi.
Walaupun tanpa jawaban, sepertinya Sinta paham apa yang aku maksud.

Puisi Sebelumnya: Gelora Nafsu di Pinggir Geladak

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun