Mohon tunggu...
Abdullah Zain
Abdullah Zain Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Mahasiswa Universitas Diponegoro

In Harmonia Progressio

Selanjutnya

Tutup

Film

Mahasiswa/Aktivis Indonesia Wajib Nonton "The Trial Of The Chicago 7"

3 Maret 2021   17:03 Diperbarui: 3 Maret 2021   17:09 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film garapan sutradara Aoron Sorkin yang sekaligus sebagai penulis naskahnya itu berhasil mengaduk-aduk emosi saya. Film yang menceritakan ketegangan tetapi dapat dibungkus dengan apik sehingga penonton tidak bosan dan ingin terus menonton, disisipi adegan-adegan lucu dan menggemaskan, dengan percakapan yang cerdas dan dalam, serta totalitas para pemain dalam memerankan di setiap adegannya, saya rasa tidak heran jika banyak yang mengira film ini bakal mendapat penghargaan Oscar 2021.

Bukan sekadar sandiwara belaka, film The Trial Of  The Chicago 7 ini adalah adaptasi dari kisah nyata saat persidangan "Chicago 7" di Pengadilan Negri AS tahun 1968. Begitu peliknya dinamika persidangan saat itu yang mengadili para aktivis dari 3 kelompok yang berbeda antara lain: SDS/Mahasiswa Masyarakat Demokrat (Rennie Davis dan Tom Hayden), Yippies/Partai Internasional Pemuda (Abbie Hoffman dan Jerry Rubin), dan Partai Black Panther (Bobby Seale) yang diduga sebagai pemimpin demonstrasi sekaligus dalang kerusuhan saat Konvensi Nasional Demokratik AS.

Saat itu Amerika memang sedang kacau, setiap bulan ada ribuan tentara meninggal dalam peperangan dengan Vietnam, hingga membuat pemerintah menambah jumlah angkatan wajib militer yang diisi para pemuda sipil biasa (usia 18-24 tahun) untuk dikirim ke medan perang di Vietnam.

Atas sebab itu sejumlah elemen masyarakat, mulai dari mahasiswa, aktivis, hingga kaum radikal bersatu untuk melakukan demonstrasi anti perang. Diceritakan dari film tersebut bahwa demonstrasi yang digelar oleh para kelompok yang dianggap radikal diatas adalah aksi "damai" yang ingin mencapai tuntutan untuk Amerika agar mengakhiri perang dengan Vietnam. Karena sudah banyak korban berjatuhan dengan sia-sia.

Aksi tersebut sangat memanfaatkan momentum, karena pada saat konvensi nasional pasti semua kamera Amerika menyorotnya. Tapi sayang, alih-alih dapat berjalan dengan damai, justru kerusuhan yang terjadi. Dikisahkan memang polisi yang memancing kurusuhan, karena telah memukul anak yang sedang memanjat tiang, kemudian Rennie Davis mencoba untuk melerainya, tetapi malah dihajar polisi sampai kepalanya bocor. Hingga Tom Hayden sebagai salah satu pemimpin aksi terpancing emosi dengan berteriak menggunakan mic diatas panggung "Rennie Davis baru saja dipukuli polisi, kepala Rennie bocor!!! Jika darah akan mengalir, biarkan mengalir ke seluruh kota. Jika gas akan dipakai, biarkan dipakai ke seluruh Chicago, kita akan ke konvensi. Ayo turun ke jalan!!! Ayo turun ke jalan!!!" saat itu juga situasi sudah tidak kondusif. Bentrok dengan petugas keamanan yang telah disiapkan wali kota Chichago dengan jumlah banyak terjadi.

Balik lagi ke persidangan....

Hal yang menarik adalah ketika sidang akan digelar, banyak media dan elemen masyarakat yang menyaksikan dan mengawal jalannya persidangan dengan berteriak all the world waching! All the world waching! Seluruh dunia menyaksikan!. Seluruh dunia menyaksikan!. Seketika para aktivis yang diadili menjadi maskot pada hari itu. Dan tentu saja pemerintah ingin meringkus para aktivis tersebut, hingga Abbie Hoffman yang akrab dengan kejenakaannya berkata bahwa "ini sidang politik." Karena ia sadar hakim yang tidak netral dan berpihak kepada pemerintah. Sidang ini berjalan cukup panjang, sampai sidang ke-151 dengan diakhiri pernyataan Tom Hayden yang membacakan 4.752 pasukan AS yang tewas di Vietnam. Adegan penutup itu cukup untuk menggetarkan hati, dengan begitu saya rasa film tersebut berhasil mencapai klimaks. Tentu di setiap film didramatisir, tetapi dari beberapa sumber justru mengatakan bahwa keadaan pada 1968-1969 lebih tegang dan mencekam dari pada yang digambarkan di film.

Saya sarankan anda untuk menonton film ini, terkhusus buat para mahasiswa dan aktivis, karena sangat relate dengan keadaan di Indonesia, dimana kaum oposisi banyak yang mendapat diskriminasi hukum. Jiwa-jiwa patriotik anda akan tergugah. Sampai jumpa di artikel selanjutnya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun