Mohon tunggu...
abdullah umar
abdullah umar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sekedar manusia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Menjaga Relevansi Migas di Era Transisi Energi

10 Desember 2024   15:51 Diperbarui: 10 Desember 2024   15:51 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Hasil dari proses pemurnian ini mencakup berbagai produk dengan aplikasi yang sangat luas. Bensin dan diesel, misalnya, adalah bahan bakar utama untuk kendaraan bermotor, sementara LPG digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga. Selain itu, produk seperti avtur untuk bahan bakar pesawat terbang, minyak tanah, hingga bahan kimia industri juga dihasilkan dari proses ini. Produk residu, meskipun memiliki nilai rendah, tetap dimanfaatkan untuk bahan bakar industri berat atau untuk diolah lebih lanjut. Dengan efisiensi tinggi, pemurnian memastikan bahwa hampir setiap fraksi dari minyak mentah dapat dimanfaatkan, menjadikan proses ini sebagai bagian integral dari rantai pasok energi global.

Kemajuan teknologi menjadi kunci utama dalam menjawab berbagai tantangan di sektor migas. Mulai dari eksplorasi berbasis kecerdasan buatan hingga pemeliharaan sumur dengan pemantauan digital, inovasi terus menghadirkan efisiensi baru. Salah satu contoh adalah teknik hydraulic fracturing, yang memungkinkan peningkatan produksi dari sumur yang mulai menunjukkan penurunan hasil. Meski demikian, teknologi ini sering kali hanya bisa diakses oleh perusahaan besar dengan sumber daya yang mencukupi. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta sangat diperlukan untuk menjembatani kesenjangan ini, sehingga seluruh pelaku industri dapat bersaing secara adil.

Di tengah gencarnya transisi menuju energi terbarukan, peran migas sebagai sumber energi transisi masih sangat dibutuhkan. Energi terbarukan, meskipun berkembang pesat, belum mampu sepenuhnya memenuhi kebutuhan energi global. Oleh karena itu, migas tetap menjadi jembatan penting dalam transisi ini, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Sebagai bagian dari strategi nasional, Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) telah menetapkan kerangka kerja untuk mengurangi ketergantungan pada migas sambil mendorong pengembangan energi terbarukan. Namun, transisi ini memerlukan investasi besar dan waktu yang tidak singkat, terutama untuk membangun infrastruktur yang mendukung.

Dalam konteks ini, masa depan sektor migas bergantung pada kemampuannya untuk beradaptasi dengan perubahan global. Inovasi teknologi, efisiensi operasional, dan tanggung jawab sosial harus menjadi prioritas utama. Dengan adopsi teknologi yang tepat dan regulasi yang mendukung, sektor ini dapat tetap relevan sekaligus memberikan kontribusi terhadap pembangunan yang berkelanjutan. Bagi Indonesia, menjaga keseimbangan antara kebutuhan energi, dampak lingkungan, dan stabilitas ekonomi menjadi kunci untuk memastikan bahwa sektor migas tetap menjadi pilar penting dalam menghadapi masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun