Beruntung kami  kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UHAMKA. Salah satu Program Pemberdayaan Keluarga Dhuafa yang dicanangkan di fakultas dimuat dalam prodi kemuhamuhammadiyahan membuat kami belajar banyak tentang arti memberi. Diluar sana ternyata cukup banyak orang-orang yang menanti uluran tangan kita. Salah satunya adalah Ibu Zaitun dan kedua anaknya.
      Keluarga kecil yang masih bertahan pada kerasnya hidup seorang perempuan janda Ibu Zitun dan kedua anaknya tinggal disebuah kontrakan rapuh yang dekat dengan kali sehingga sering sekali terkena banjir,  keadaan kontrakan yang kurang layak,  ruangan yang sempit, lantai terbuat dari kayu yang hanya dilapisi tikar busa, kontrakan panggung yang hanya disangga 4 tiang rapuh, bahkan kami untuk melangkah ke lantai kayu tersebut pasti ada bunyi derit yang seolah-olah memberitahu kami bahwa kontrakan itu akan rubuh, berbahaya dan tidak nyaman, mengingat kegiatan keluarga Ibu Zaitun yang kapan saja bisa terancam bahaya. Tetapi apalah daya keadaan yang mengharuskan mereka untuk tetap tinggal disana dan melanjutkan kegiatan seperti biasa agar bisa terus melanjutkan hidup. Dengan saling percaya satu sama lain dan tetap berkhusnudzon kepada Allah SWT bahwa akan selalu ada perlindungan bagi hambanya yang mau bersabar.
Ibu Zaitun memiliki 2 anak, anak pertama perempuan berada dibangku SMA dan anak keduanya laki-laki berada dibangku SMP, walaupun keadaaan serta kondisi ekonomi  terbilang tidak memadai/ kurang mampu Ibu Zaitun selalu memancarkan senyum hangatnya setiap kali kami dating kerumahnya. Teriris hati ini ketika mendengar cerita masa lalu Ibu Zaitun, semakin terharu kami beliau bercerita tapi masih memasang senyum hangatnya, seorang ibu yang selalu bekerja keras demi bisa mewujudkan citc-cita anaknya, itulah gambaran seorang ibu yang luar biasa. banyak sekali pelajaran yang dapat kita ambil dari pasangan suami istri tersebut.. Hal itu yang kami lihat dan dengar langsung secara lansung.
Pada tangal 20 Desember 2021 Â kami datang ke rumah Ibu Zaitun, untuk menyalurkan bantuan dari pada donatur yang berhati mulia yang mungkin bisa sedikit meringankan kebutuhan sehari-hari Ibu Zaitun, pada saat kami memberikan sembako dan sejumlah uang tunai beliau berulangkali mengatakan bahwa ini terlalu banyak. Beliau mengatakan itu dengan senyum hangat, tapi bedanya senyum belaiu sekarang terlihat bergetar.
Sambil mengatakan terimakasih dan doa yang diucap berulang kali, beliau menahan linangan airmata yang terbendung dimatanya. Kami mengerti beliau menahan itu karena ada anak laki-lakinya disana yang selalu menganggap ibunya adalah ibu yang kuat. Beliau tidak ingin menunjukkan kelemahannya. Pada saat itu kami segera pulang, entah kenapa kami merindukan ibu kami.
Alhamdulillah kegiatan ini berjalan dengan lancer dan sukses, terimakasih kepada para donator yang mau menyisihkan rezekinya untuk membantu keluarga Ibu Zaitun. Terimakasih juga kepada para Teman-teman,saudara sekalian yang juga mau membantu menyebarkan pamphlet online keberbagai tempat. Semuanya sangat membantu sekali. Siapapun itu, pasti akan terpanggil nuraninya untuk membantu sesama selagi itu berada pada jalan yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H