Pada abad ke-21 peran teknologi terutama  AI sangat signifikan dalam kehidupan kehidupan sehari-hari, entah ketika sedang butuh teman cerita, mencari solusi, mengerjakan tugas, dan lain sebagainya. Dari berbagai hal-hal tersebut terlihat segi positif dari "AI'' terutama dalam mempermudah kehidupan sehari-hari. Akan tetapi kita mencoba melihat efek negatif yang ditimbulkan oleh "IA" terhadap generasi gen z terutama pada mahasiswa sebagai agen perubahan dan penopang Indonesia Emas Tahun 2045.
 Perlu diingat bahwa sebagian generasi gen z memiliki sikap yang cenderung pragmatis atau dengan kata lain simpel. Dengan adanya "AI" semua pekerjaan terasa simpel dan gampang, terlebih jika mahasiswa mendapatkan tugas. Hal ini dapat menimbulkan ketergantungan dalam penggunaan teknologi, tanpa disadari hal ini  mematika sikap kritis mahasiswa sebagai agen perubahan. pada intinya yang bermasalah bukan AI nya, akan tetapi dari penggunanya. coba kita melihat data yang diterbitkan oleh UNESCO bahwa minat baca buku di Indonesia hanya sekisar 0,001 persen, waaw angka yang fantastis bukan!!. kita menganalogikannya seperti 1000 orang yang terdapat di Indonesia akan tetapi yang gemar membaca buku hanya 1 orang. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat di Indonesia kurang minat dalam membaca buku. Sudah terasa asing bagi kita jika mahasiswa yang sedang membahas buku dalam tongkrongan, yang terdapat hanyalah gibah, hp miring (mabar) dan bercanda yang gak jelas.Â
Apa hal ini selaras dengan ambisi Indonesia Emas 2045?....
Bisa saja selaras dengan ambisi tersebut, tapi apa masih mau jika kita masih dijajah dengan penggunaan AI yang mematikan sikap kritis kita, dirasa AI menjajah kita secara halus dan merusak pola pikir anak bangsa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H