Mohon tunggu...
ABDULLAH SALAM
ABDULLAH SALAM Mohon Tunggu... Guru - ASN PPPK/SMPN 1 MLONGGO

Saya adalah seorang pendidik di lingkungan pemerintahan Kabupaten Jepara yang bertugas di SMPN 1 Mlonggo sebagai Guru Bimbingan Konseling. Saya sangat konsen terhadap masalah sosial dan perkembangan intelektual sosial peserta didik. Hobi saya adalah traveling, membut konten, menulis, dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 1.4 - Mewujudkan Budaya Positif Di Sekolah

2 Juni 2024   17:30 Diperbarui: 2 Juni 2024   21:03 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menempel Keyakinan Kelas

Membuat Keyakinan Kelas
Membuat Keyakinan Kelas

Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarakatuh

Salam Bahagia Ibu Bapak Guru Hebat!

Perkenankan saya Abdullah Salam dari SMP Negeri 1 Mlonggo Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 10 Kabupaten Jepara akan merefleksikan pengetahuan dan pengalaman baru yang dipelajari dari pada Modul 1.4 tentang Budaya Positif.

Setelah saya menjalani pembelajaran dari Modul 1.1 hingga Modul 1.4 ini, saya akan membuat kesimpulan dan refleksi materi yang sudah saya pelajari. 

Materi modul 1.4 mengenai budaya positif ini mencakup disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan universal, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan,restitusi), keyakinan sekolah/kelas, Kebutuhan dasar manusia dan dunia berkualitas, segitiga restitusi dan lima posisi kontrol. Disiplin positif pada intinya upaya membentuk karakter murid, guru, dan visi sekolah agar tercipta pribadi yang mempunyai kontrol penuh pada diri sebagai motivasi internal dalam upaya pemberdayaan murid agar dapat menjadi pembelajar sepanjang hayat. Hal ini mengingat bahwa pada posisi kontrol, sesungguhnya kita tidak bisa mengontrol perilaku orang lain, tetapi kita hanya bisa mengontrol perilaku diri kita sendiri. Kita akan memegang teguh prinsip diri (kontrol diri) ibarat menggenggam tangan sekuat-kutanya meski mendapat pengaruh dan tantangan dari orang lain.

Seluruh tindakan manusia memiliki tujuan tertentu. Manusia hidup dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Semua yang kita lakukan adalah usaha terbaik kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, sebetulnya saat itu kita sedang memenuhi satu atau lebih dari satu kebutuhan dasar kita. Apabila belum terpenuhinya kebutuhan seseorang atas perilaku yang ia tunjukkan, maka bisa kita tawarkan upaya untuk memenuhi kebutuhannya. 

Menurut Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, ada tiga motivasi yang mendasari perilaku manusia, yaitu:

1. Menghindari ketidaknyamanan/hukuman;

2. Mendapat imbalan/penghargaan dari orang lain; dan

3. Menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya

Dari tiga tujuan tersebut, tujuan pada nomor satu dan dua adalah motivasi yang berasal dari luar diri (ekstern), sedangkan tujuan pada nomor 3 adalah motivasi yang berasalal dari dalam diri (intern). tentu yang terbaik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri.

Hukuman dan penghargaan merupakan cara mengontrol perilaku yang dapat membuat murid menemukan identitas diri yang gagal. kita boleh saja memberikan peghargaan, namun jangan sampai penghargaan diberikan terus menerus sehingga menimbulkan ketergantungan.  Penerapan hukuman dan penghargaan agar seseorang patuh terhadap suatu keyakinan, tidak akan berjalan efektif untuk jangka panjang, sehingga apabila suatu keyakinan/kesepakatan tidak ada hukuman atau penghargaannya, maka seseorang tidak akan melaksanakan keyakinan/kesepakatan tersebut. Bahkan, dalam jangka waktu lama, penghargaan akan terlihat sebagai hukuman. 

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen;2004). Restitusi mengajarkan pada murid agar mereka merdeka mengungkapkan solusi atas masalah yang dihadapi. Berani mengungkapkan maksud tujuan perbuatan meski salah dihadapan orang lain dan berdampak bagi orang disekitar dan diri sendiri. Restitusi mengedepankan konsekuensi sebagai pemebntuk identitas yang berhasil dibandingkan hukuman. 

Terdapat lima posisi kontrol yang ditampilkan guru dalam menyikapi perilaku yang dilakukan oleh murid, yaitu sebagai penghukum, pembuat orang merasa bersalah, teman, pemantau, dan manajer. Posisi yang diharapkan dilakukan oleh guru penggerak adalah guru sebagai manajer karena dalam posisi ini aspek yang dikembangkan adalah motivasi intrinsik murid untuk menanamkan nilai-nilai kebajikan yang akan tumbuh dan berkembang menjadi kebiasaan positif. Setidaknya kita tidak pada posisi penghukum dan pembuat orang merasa bersalah karena dapat membuat murid menemukan identitas diri yang gagal. Idealnya kita dapat menjadi manajer, namun dapat turun menjadi pemantau atau teman tergantung kondisi dan kebutuhan di lapangan. 

Berdasarkan paparan tersebut, peran saya dalam mewujudkan budaya positif di sekolah yang akan saya kaitkan dengan materi sebelumnya, yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak, dan Visi Guru Penggerak adalah saya awali melalui diskusi keyakinan dan kesepakatan kelas. Pada tahap ini, saya mengajak murid untuk mendiskusi nilai-nilai Kebajikan apa yang akan dipercaya atau diyakini oleh warga kelas. 

Selanjutnya saya mengajak murid untuk menyusun kesepakatan kelas dan ditempelkan pada tempat yang mudah diakses oleh warga kelas. Tujuannya adalah agar murid senantiasa mengingat dan memahami nilai-nilai Kebajikan yang diyakini oleh warga kelas dan kesepakatan kelas yang disepakai oleh murid bersama guru untuk diimplementasikan. 

Keyakinan/kesepakatan kelas disusun bersama murid dan dilaksanakan oleh murid sebagai warga kelas, sehingga murid akan merasa nyaman dan senang dalam belajar. Hal ini juga merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid sebagaimana Filosofi Pendidikan KHD dan peran guru penggerak dalam mewujudkan visi guru penggerak yakni mewujudkan murid yang berkarakter sesuai profil pelajar pancasila.

Terhadap murid, saya pernah menerapkan sebagai penghukum dan pembuat rasa bersalah, namun hal ini justru membuat murid semakin tertekan dan tergantung pada figur guru. Menjalani dengan keterpaksaan dan penuh beban. Saya juga menerapkan posisi kontrol sebagai teman dan pemantau. Pada posisi teman mencoba mendekatkan diri pada murid sehingga mampu menyelami kondisi psikis dan latar belakang murid. Pada saat menjadi pemantau, saya mengaitkan dengan konsekuensi dan bagaimana seharusnya murid bertingkah laku sesuai peraturan sekolah/kelas. Setelah mempelajari Modul 1.4 ini saya berupaya menerapkan posisi sebagai manajer untuk mengembangkan motivasi intrinsik murid guna menanamkan nilai-nilai Kebajikan agar tumbuh dan berkembang menjadi kebiasaan positif murid.

Dalam menyikapi perilaku murid yang tidak sesuai dengan keyakinan/kesepakatan kelas/sekolah, saya sudah mencoba menerapkan segitiga restitiusi untuk membantu murid memperbaiki kesalahannya agar mampu belajar dari kesalahan. Walaupun sebelumnya saya sudah terbiasa menerapkan pendekatan yang intinya sama dengan segitiga restitusi dalam proses konseling. Hasilnya, murid merasa nyaman dengan apa yang sudah saya lakukan. Jika diperlukan, saya juga menjalin kolaborasi dengan guru maptapelajaran, wali kelas, kepala sekolah maupun orang tua dalam menemukan solusi. Hal ini mencerminkan salah satu nilai guru penggerak, yaitu kolaboratif.

Nilai-nilai dan peran guru penggerak yang saya lakukan untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid juga guna menanamkan nliai-nilai kebajikan agar tumbuh dan berkembang menjadi kebaisaan positif agar selaras dengan visi sekolah.

Setelah mempelajari modul 1.4 ini, sudah lengkap panduan materi dalam upaya mewujudkan disiplin positif di sekolah. Tentunya bisa kita terapkan di rumah pada anak kita. Restitusi tidak hanya diterapkan pada murid dan anak, namun dapat pula diterapkan pada  bawahan dan rekan sejawat. Menurut saya hal lain yang perlu ditambahkan adalah kehadiran pemerintah dan orangtua dalam mewujudkan disiplin positif di sekolah. Pemerintah dan orangtua sering kita sebut dengan stackholder. Pemerintah mendukung dengan anggaran sarana parasarana melalui kebijaknnya dan orangtua mendukung penuh program sekolah secara materiil dan spirituil. Menyeleraskan program disiplin positif di sekolah dan pembiasaan di rumah sehingga dapat bersifat kontinyu.

Demikian paparan dari saya, semoga dapat bermanfaat.

Terimakasih Ibu bapak guru hebat, salam dan bahagia 

Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun