Mbali, begitu santri Pondok Pesantren Langitan, Widang, Tuban, Jawa Timur, ini biasa disapa. Panggilan itu lekat dan lebih dikenal ketimbang nama aslinya, Sairul Mukharrom. Santri ini asalnya memang dari Denpasar, Bali. Sejak tiga tahun terakhir, Mbali aktif sebagai camera person di Langitan TV.
Mbali yang bertubuh gempal, tidak tampak kesulitan mengoperasikan kamera Sony NX100 saat bertugas. Dengan lincah, ia mengambil gambar visual meski harus melewati ribuan santri dan alumni yang menghadiri peringatan Haul Virtual Internasional yang dihelat di Pondok Pesantren Langitan, Kamis (16/09/2021).
Acara haul dipusatkan di Langitan dan dihadiri ribuan santri yang mukim. Sejumlah kiai dan undangan khusus dari Tuban, Lamongan, Bojonegoro, Gresik, juga hadir. Mereka mengenakan masker. Protokol kesehatan diterapkan secara ketat sebelum undangan memasuki lokasi acara haul yang ditempatkan di musholla.
Haul secara rutin diselenggarakan dalam rangka memperingati wafatnya masyayikh Pesantren Langitan seperti KH Muhammad Nur, KH Ahmad Sholeh, KH Muhammad Khozin, KH Abdul Hadi Zahid, KH Ahmad Marzuqi Zahid, dan KH Abdullah Faqih. Waktunya ditetapkan setiap Kamis pertama bulan Safar. Ini mengambil bulan wafatnya KH Abdul Hadi Zahid, pengasuh keempat Pesantren Langitan.
Dari tahun ke tahun, penyelenggaraan acara haul di Langitan semakin bertambah yang hadir. Baik kiai, santri, alumni, muhibbin serta masyarakat biasa dari berbagai daerah. Tidak heran karena Langitan termasuk pesantren tua yang pernah pula menjadi tempat nyantri pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadlrotussyaikh KH Hasyim Asy'ari dan KH Abdul Wahab Chasbullah.
Sejumlah pejabat negara juga tercatat pernah menghadiri haul di Langitan. Salah satunya adalah Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin. Banyak pula menteri-menteri, gubernur, bupati, politisi, dan pengusaha, yang mengagendakan hadir dalam acara haul langitan meski harus menerobos padatnya jamaah.
Sebelum pandemi Covid-19, pelaksanaan haul langitan dihadiri puluhan ribu orang. Kemacetan lalu lintas tidak bisa dihindari meskipun sudah diatur polisi dibantu para santri. Jalan raya didepan Pesantren Langitan memang termasuk jalur utama pantura, sehingga padat dengan kendaraan truk-truk besar.
Sejarah pelaksanaan haul di Langitan berubah sejak pandemi. Pada tahun 2020, haul tetap digelar namun tanpa dihadiri kiai, alumni, dan jamaah dari luar pesantren. Haul ke-50 itu diselenggarakan tanggal 1 Oktober 2020 dengan istilah yang baru pertama dilansir: Haul Virtual Internasional.
Penamaan haul virtual internasional itu karena memang disiarkan secara live streaming melalui kanal Youtube: Langitan TV dan diikuti santri dan alumni Langitan di luar negeri. "Tercatat ada 7 negara yang mengikuti haul, yakni Arab Saudi, Jerman, Malaysia, Maroko, Mesir, Yaman, dan Korea Selatan," kata Direktur Langitan TV, Muhammad Sholeh, S.Pd.I., M.Pd.I.
Haul virtual internasional yang pertama kali digelar di Pesantren Langitan tahun 2020 itu terbilang sukses. Para santri yang bertugas menyiarkan secara langsung acara tersebut berhasil menyajikan tayangan mendekati standard broadcast. Koneksi internet yang digunakan juga lancar tanpa kendala.
"Haul virtual tahun 2020 itu diadakan di 77 titik atau lokasi yang tersebar di dalam dan luar negeri. Mereka masuk dalam zoom meeting kemudian kita siarkan secara live streaming di Langitan TV melalui kanal Youtube. Sebelum acara kita adakan trial karena memang baru pertama kalinya," jelas Sholeh.
Mengingat situasi akibat pandemi masih belum normal, kata Sholeh, pelaksanaan haul ke-51 diputuskan digelar lagi secara virtual. "Untuk tahun 2021 ini, haul virtual internasional diikuti santri, alumni, dan muhibbin di 99 lokasi. Mereka terhubung melalui zoom meeting," kata Sholeh.
Seperti halnya haul tahun 2020, para peserta haul tahun 2021 sebelumnya mengikuti uji coba zoom meeting sebelum acara berlangsung. Di setiap lokasi, dipasang layar berukuran besar dan proyektor. Para peserta mengikuti jalannya acara haul yang dipusatkan di Pesantren Langitan melalui layar tersebut.
Haul virtual memang menjadi kebiasan baru yang berlaku di pesantren belakangan ini. Bukan hanya di Langitan, tetapi juga di pesantren-pesantren lain seperti Lirboyo dan Ploso, Kediri. Juga Haul Pondok Pesulukan Thoriqot Agung (PETA) Tulungagung yang digelar sangat terbatas namun disiarkan secara live streaming.
Tidak hanya haul dan acara-acara seremonial saja yang kini marak disiarkan kanal-kanal digital milik pesantren. Tetapi juga pengajian, sholawatan, dan tayangan video islami yang diproduksi para santri.
Bagi para santri, pandemi membawa hikmah tersendiri karena mereka "dipaksa" belajar multimedia lebih giat lagi. "Alhamdulillah, kami sempat diajari mengoperasikan kamera dan editing video sebelum pandemi. Jadi ketika masyayikh memutuskan haul secara virtual, kami terpacu lebih belajar lagi," kata Muhammad Haqqin Nazily, punggawa Langitan TV. (ufi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H