Mohon tunggu...
ABDULLAH MUFID MUBARROK
ABDULLAH MUFID MUBARROK Mohon Tunggu... Mahasiswa - Santri | Mahasiswa | Pesuluk | Pejalan | Penempuh

Ikhtiar Khidmah Melayani

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Teknologi AI untuk Menunjang Kenyamanan Ibadah

29 Juli 2021   04:10 Diperbarui: 29 Juli 2021   17:47 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ka'bah tampak sepi dan kosong akibat wabah Corona.Foto: Haramain Info

Pandemi menyerang bumi tanpa permisi. Tidak ada yang menduga, merebaknya pandemi Covid-19 telah mengubah tatanan dunia. Perubahan terjadi sangat cepat di berbagai bidang, di semua negara. Namun semua yang terjadi, bukanlah kebetulan. Pasti ada hikmah dan pelajaran serta manfaat dari pandemi yang sudah tentu merupakan kehendak Yang Maha Kuasa.

Hampir di penghujung 2019, pandemi mulai diberitakan merebak di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Pada pertengahan Januari 2020, saya berkesempatan menunaikan ibadah umrah bersama 47 orang jamaah dari berbagai daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kami berada di Arab Saudi hingga tanggal 11 Pebruari 2021. Seluruh program yang telah dirancang berjalan dengan lancar.

Bahkan, selain menunaikan ibadah umrah ke Baitullah, Kota Makkah, dan ziyarah Makam Rasulullah SAW di Kota Madinah, kami juga berkesempatan pergi ke Kota Badar, sekitar 160 kilometer dari Kota Nabi. Seluruh jamaah naik bus turut serta ke lokasi Perang Badar dan menziarahi makam Syuhada Badar. Sebuah pengalaman yang terbilang langka karena tidak semua jamaah umrah bisa sampai ke Kota Badar secara berombongan.

Bersama jamaah umrah berada di lokasi Perang Badar, 30 Januari 2020. Foto: Abdullah Mufid Mubarrok
Bersama jamaah umrah berada di lokasi Perang Badar, 30 Januari 2020. Foto: Abdullah Mufid Mubarrok
Hingga tanggal 10 Pebruari 2020, kami berada di Kota Makkah. Meski cuaca dingin, tetapi tidak menyurutkan jumlah jamaah umrah dari berbagai negara yang datang menunaikan ibadah umrah. Tidak tampak keanehan ataupun gelagat akan terjadi peristiwa dahsyat sepulang kami dari Arab Saudi, beberapa hari kemudian.

Mendarat di Bandar Udara Internasional Juanda, Surabaya, tanggal 12 Pebruari 2020, kami langsung kembali ke rumah masing-masing. Situasi di Tanah Air juga tidak tampak keanehan. Sampai kemudian pada tanggal 27 Pebruari 2020, keluar pengumuman dari Arab Saudi bahwa visa umrah ditangguhkan.

Beberapa hari kemudian, diumumkan bahwa Masjidil Haram dan Masjid Nabawi ditutup. Dikutip dari aa.com, Arab Saudi dikabarkan menangguhkan pelaksanaan ibadah umrah karena merebaknya virus corona. Mengutip dari Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, Arab News melaporkan bahwa penangguhan tersebut juga berlaku bagi mereka yang ingin mengunjungi Masjid Nabawi di Madinah.

Ka'bah yang bertahun-tahun dan setiap saat tidak pernah sepi dari umat Islam ditutup pagar. Tidak ada yang boleh mendekat. Kami yang baru beberapa hari sebelumnya dapat menyentuh kiswah, mencium Hajar Aswad dan munajat di Multazam, terhenyak menyaksikan siaran langsung televisi dari Masjidil Haram yang menayangkan kondisi Ka'bah.

Didepan Ka'bah yang dipadati umat Islam,3 Pebruari 2020. Foto: Abdullah Mufid Mubarrok
Didepan Ka'bah yang dipadati umat Islam,3 Pebruari 2020. Foto: Abdullah Mufid Mubarrok
Perubahan terjadi sangat cepat dan mengejutkan. Sementara di Indonesia, situasi masih normal tetapi di Arab Saudi sudah diputuskan penghentian ibadah umrah dan seluruh kegiatan ibadah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Baitullah yang selama bertahun-tahun menjadi dambaan dan tujuan umat Islam dari berbagai belahan dunia, ditutup pagar dan dijaga ketat. Ka'bah sendirian. Tidak ada yang tawaf mengelilinginya.

Ka'bah tampak sepi dan kosong akibat wabah Corona.Foto: Haramain Info
Ka'bah tampak sepi dan kosong akibat wabah Corona.Foto: Haramain Info

Penutupan Ka'bah dan Masjidil Haram berlangsung sekitar 8 bulan. Pelaksanaan ibadah haji tahun 2020 sangat terbatas. Hanya seribu jamaah haji dan khusus warga Arab Saudi serta ekspatriat atau mukimin di Arab Saudi yang diseleksi secara ketat. Usai rangkaian ibadah haji, mulai 6 Oktober 2020, umrah kembali dibuka secara bertahap. Ka'bah mulai ada yang tawaf mengelilinginya, tetapi tidak seperti sebelumnya. Tidak berdesakan karena jumlahnya terbatas dan menerapkan protokol kesehatan ketat.

Pandemi yang belum juga mereda, membuat Pemerintah Arab Saudi memutuskan pelaksanaan ibadah haji tahun 2021 terbatas lagi. Hanya jumlahnya lebih besar dari tahun 2020, yakni sebanyak 60 ribu jamaah haji yang berasal dari warga Arab Saudi dan ekspatriat atau mukimin di Arab Saudi saja. Pendaftarannya secara online dan diseleksi secara ketat memanfaatkan kecanggihan teknologi.

Inovasi Lahir Menyusul Pandemi

Sebagaimana kalimat di awal tulisan ini, pasti ada hikmah dan manfaat dari setiap peristiwa yang terjadi di muka bumi. Pandemi melahirkan inovasi bagi Pemerintah Arab Saudi untuk melakukan serangkaian inovasi, terutama di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Seiring perkembangan Industry 4.0 dan Society 5.0, inovasinya terdiri dari teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan robot yang mampu melakukan banyak hal untuk melayani dan menunjang kenyamanan jamaah dalam beribadah.

Saudi Press Agency melaporkan, Pemerintah Arab Saudi melalui melalui Kepresidenan Umum untuk Urusan Dua Masjid Suci (Reasah Al Haramain) semakin menggunakan robot untuk sterilisasi, pengendalian epidemi, dan distribusi air Zamzam. Asisten Direktur Urusan Teknis dan Layanan, Mansour Al-Mansoori mengatakan, bahwa kepresidenan sebagai bagian dari rencana pengembangan komprehensifnya tahun 2024 berusaha untuk mengimbangi Visi Kerajaan 2030 dengan penggunaan teknologi modern dan teknologi kecerdasan buatan dalam pelayanan Dua Masjid Suci yakni Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Madinah.

Menurut Al-Mansoori, kecerdasan buatan digunakan dalam mengoperasikan robot di dalam Masjidil Haram sesuai dengan peta yang diprogram melalui Google Map, mencakup semua bagian masjid, termasuk halaman Mataf, Al-Masaa, dan semua fasilitasnya. Dilansir Saudigazette pada Kamis (15/7/2021),  Al-Mansoori menunjukkan bahwa kepresidenan secara aktif mencari manfaat dari inovasi dan teknologi untuk menyediakan layanan kelas dunia dan terbaik. Mulai dari sterilisasi hingga membagikan air zamzam tanpa sentuh.

Robot membersihkan jalur Masjidil Haram.Foto: Saudi Press Agency/via REUTERS 
Robot membersihkan jalur Masjidil Haram.Foto: Saudi Press Agency/via REUTERS 
Salah satu fungsi dari robot yang dioperasikan di Masjidil Haram adalah untuk sterilisasi. Robot khusus menggunakan sistem kontrol yang diprogram melakukan disinfektan pada peta enam tingkat yang terinstal, dengan penyemprotan sterilisasi yang dicampur air mawar pada skala 1,5 meter. Sejumlah robot ditempatkan di area seluas 600 meter dari halaman Masjidil Haram.

Robot tersebut memiliki alat sterilisasi yang menampung lebih dari 23,8 liter, dengan tingkat konsumsi 2 liter per jam. Direktur Urusan Teknis dan Layanan Reasah Al-Haramain, Naif Al-Jahdali menjelaskan, robot disebutnya mampu bekerja selama lima hingga delapan jam tanpa campur tangan manusia. Kemudian ada robot yang ditugaskan membagikan botol air zamzam untuk jamaah. 

Mereka memiliki tiga rak penadah botol agar memudahkan jemaah mengambilnya sendiri tanpa harus repot mengantre. Selama berkeliling kurang lebih 10 menit, robot mendistribusikan 30 botol air zamzam. Seperti robot sterilisasi, ia juga dapat bekerja selama delapan jam tanpa campur tangan manusia.

Robot distribusi botol air zamzam.Foto: AFP
Robot distribusi botol air zamzam.Foto: AFP

Inovasi berikutnya yang diperkenalkan Arab Saudi pada pelaksanaan ibadah haji tahun 2021 adalah kartu haji elektronik. Kartu ini memungkinkan jamaah mengakses ke sejumlah situs keagamaan, akomodasi, hingga kebutuhan transportasi tanpa harus kontak fisik. Kartu yang terbuat dari plastik ini tersedia dalam warna hijau, merah, kuning, dan biru. Masing-masing warna menyesuaikan tanda di tanah yang memandu jemaah melalui berbagai tahapan haji.

Setiap kartu tersebut berisi informasi dasar para jamaah. Datanya terdiri dari nomor registrasi, detail lokasi akomodasinya, nomor ponsel, hingga nomor ID pemandunya. Muhammad Shofi AW (38), salah satu jamaah ibadah haji 2021 asal Indonesia, merasa terbantu dengan kehadiran teknologi baru di ibadah haji tahun ini. Berkat inovasi ini, ia tak lagi khawatir kehilangan jejak keluarga dan temannya.

Seorang anggota staf Arab Saudi memindai kartu jamaah haji di Makkah pada 18 Juli 2021.Foto:  Fayez Nureldine/AFP 
Seorang anggota staf Arab Saudi memindai kartu jamaah haji di Makkah pada 18 Juli 2021.Foto:  Fayez Nureldine/AFP 

Pemanfaatan teknologi artifisial intelligence di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi merupakan respon dari perkembangan jaman. Sebelumnya, Reasah Al-Haramain telah menyiapkan skuter listrik yang dapat digunakan jamaah untuk melaksanakan Tawaf maupun Sa'i untuk menghemat energi dan waktu. Hal ini cukup membantu jamaah, mengingat mereka bisa berjalan cukup hingga lebih dari 1 kilometer jika mendapat lintasan jauh dari Ka'bah.

Pada musim haji tahun 2021, Kepresidenan Umum Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi telah mengalokasikan 3.000 skuter listrik untuk Tawaf Wada. Mereka mengawasi langsung para operator kendaraan tersebut. Direktur Layanan Mobilitas Masjidil Haram, Fahd bin Sharar Al-Maliki, mengatakan skuter listrik itu disterilisasi sepanjang waktu, kualitas kendaraan rutin diperiksa, pergerakan skuter dimonitor, dan jalur khusus juga disediakan untuk perjalanan pemakai jasa skuter listrik. Jemaah yang memakai skuter listrik harus memesan terlebih dahulu lewat aplikasi, agar tidak terjadi kerumunan di stasiunnya.

Jemaah mengangkat tangan saat memulai Tawaf Wada dengan naik skuter listrik.Foto: Dok. gph.gov.sa 
Jemaah mengangkat tangan saat memulai Tawaf Wada dengan naik skuter listrik.Foto: Dok. gph.gov.sa 
Direktur Kantor Kecerdasan Buatan di Kepresidenan Umum Urusan Reasah Al-Haramain, Sinan Al-Turkistani, mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen mengembangkan lebih jauh teknologi digital AI di dua Masjid Suci umat Islam di masa depan. Untuk meningkatkan pengalaman jemaah, mereka akan memanfaatkan teknologi yang bisa mengidentifikasi bahasa dengan suara hingga gambar dalam menyediakan layanan terbaru.

"Departemen tertarik untuk mengembangkan inisiatif kualitatif yang bertujuan meningkatkan pengalaman jemaah saat melakukan ibadahnya dengan mempelajari inisiatif yang diluncurkan," tambah Sinan Al-Turkistani, seperti dikutip Saudi Press Agency.

Artificial Intelegence adalah kecerdasan buatan dengan perangkat system yang dapat memahami lingkungannya dan dapat mengambil tindakan yang memaksimalkan peluang kesuksesan di lingkungan tersebut untuk beberapa tujuan. Ketika data yang diterima artificial intelegence semakin banyak maka semakin baik pula Artificial intelegence dalam membuat keputusana atau prediksi. Demikian menurut Riad Sahara, S.Si., M.T., dosen Universitas Siber Asia.

Maka, pandemi yang merupakan ketetapan Tuhan Yang Maha Kuasa, semestinya disikapi dengan bijaksana karena ternyata justru melahirkan kreatifitas dan inovasi. Perubahan tatanan dunia menyusul pandemi, menjadi semakin cepat sehingga harus direspon dengan tangkas pula dengan memanfaatkan big data, AI, robotik, yang diintegrasikan dalam berbagai aspek kehidupan (pendidikan,
kesehatan, transportasi, industri, keuangan, dan sebagainya) dapat mendukung layanan dan kenyamanan hidup manusia secara berkelanjutan. (***)

Abdullah Mufid Mubarrok

Mahasiswa Komunikasi Universitas Siber Asia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun