Mohon tunggu...
Abdullah Lamen
Abdullah Lamen Mohon Tunggu... Lainnya - Guru Honor Pada MIS Tarbiyah Kukuwerang

Saya adalah seorang guru honorer yang berdedikasi di MIS Tarbiyah Kukuwerang, sebuah madrasah ibtidaiyah di wilayah Solor Timur Desa Watohari/ Kukuwerang. Dengan semangat mengajar yang tinggi, iasaya berkomitmen untuk memberikan pendidikan terbaik bagi siswa-siswi meskipun dengan keterbatasan sebagai tenaga honorer. Selain fokus pada pengajaran, saya juga memiliki hobi bermain bola voli. Hobi ini menjadi salah satu cara bagi saya untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. saya sering menghabiskan waktu luang saya dengan bermain voli bersama rekan-rekan, baik di lingkungan sekolah maupun di komunitas sekitar. Kecintaan saya terhadap olahraga ini juga terkadang saya salurkan kepada para siswa, memberikan inspirasi tentang pentingnya menjaga kesehatan fisik dan kerja sama dalam tim.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Refleksi Diri dalam Menyikapi Masalah dan Dendam

13 Oktober 2024   12:32 Diperbarui: 13 Oktober 2024   12:37 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam hidup, seringkali kita dihadapkan pada situasi di mana seseorang tanpa sadar melukai perasaan orang lain dengan tutur katanya. Ketika ditanya atau dikonfrontasi, mungkin karena rasa malu, tidak siap, atau ego, mereka tidak mengakui kesalahannya. Akibat dari tindakan ini, orang lain yang merasa tersakiti mungkin merespons secara negatif, yang kemudian memperparah situasi. Namun, yang menyedihkan adalah ketika seseorang yang awalnya menciptakan masalah malah terus menyimpan dendam terhadap reaksi yang muncul, meskipun ia sendiri yang memicu konflik. 

Landasan Al-Qur'an

Dalam Al-Qur'an, Allah berulang kali menekankan pentingnya kejujuran, introspeksi diri, dan menghindari dendam. Salah satu ayat yang relevan dalam situasi ini adalah:

"Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa."
--- (QS. Al-Ma'idah: 8)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa meskipun kita merasa sakit hati atau tersakiti, kita tidak boleh bertindak tidak adil, termasuk dengan mendendam. Allah memerintahkan kita untuk bersikap adil, dan adil termasuk dalam mengakui kesalahan kita sendiri serta tidak membiarkan ego kita menghalangi proses introspeksi diri.

Landasan Ilmiah

Secara ilmiah, menyimpan dendam juga merugikan diri sendiri. Penelitian psikologi menunjukkan bahwa dendam dan kebencian dapat memicu stres kronis, meningkatkan risiko gangguan mental, dan bahkan mempengaruhi kesehatan fisik. Penelitian yang dipublikasikan oleh American Psychological Association (APA) menunjukkan bahwa individu yang terus memendam dendam cenderung mengalami peningkatan tekanan darah, kecemasan, dan depresi. Sebaliknya, memaafkan dan menerima tanggung jawab atas kesalahan dapat menurunkan stres, meningkatkan kesehatan emosional, dan memperbaiki hubungan antarpribadi.

Sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Behavioral Medicine juga menemukan bahwa orang yang mau memaafkan dan mengatasi konflik dengan baik memiliki tekanan darah dan detak jantung yang lebih stabil, serta risiko lebih rendah terkena penyakit kardiovaskular.

Hikmah dari Meminta Maaf dan Memaafkan

Orang yang enggan mengakui kesalahannya dan malah mendendam pada orang lain sebenarnya hanya memperburuk luka yang dia alami sendiri. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:

"Dan barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim."
--- (QS. Asy-Syura: 40)

Ayat ini menegaskan bahwa memaafkan adalah tindakan yang lebih mulia, dan ganjarannya dari Allah. Sebaliknya, terus mendendam dan tidak mengakui kesalahan adalah bentuk kezaliman, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Penutup

Sebagai manusia, kita tentu tidak luput dari kesalahan. Namun, yang penting adalah bagaimana kita merespons ketika kita diingatkan akan kesalahan kita. Mengakui kesalahan bukanlah tanda kelemahan, melainkan tanda kekuatan dan kedewasaan. Dengan mengakui kesalahan dan berusaha memperbaikinya, kita tidak hanya membebaskan diri dari beban dendam, tetapi juga membuka pintu bagi kebaikan, kedamaian, dan hubungan yang lebih harmonis dengan orang lain.

By.Along Lamen

07092024

13102024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun