Mohon tunggu...
Abdullah Lamen
Abdullah Lamen Mohon Tunggu... Lainnya - Guru Honor Pada MIS Tarbiyah Kukuwerang

Saya adalah seorang guru honorer yang berdedikasi di MIS Tarbiyah Kukuwerang, sebuah madrasah ibtidaiyah di wilayah Solor Timur Desa Watohari/ Kukuwerang. Dengan semangat mengajar yang tinggi, iasaya berkomitmen untuk memberikan pendidikan terbaik bagi siswa-siswi meskipun dengan keterbatasan sebagai tenaga honorer. Selain fokus pada pengajaran, saya juga memiliki hobi bermain bola voli. Hobi ini menjadi salah satu cara bagi saya untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. saya sering menghabiskan waktu luang saya dengan bermain voli bersama rekan-rekan, baik di lingkungan sekolah maupun di komunitas sekitar. Kecintaan saya terhadap olahraga ini juga terkadang saya salurkan kepada para siswa, memberikan inspirasi tentang pentingnya menjaga kesehatan fisik dan kerja sama dalam tim.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Luka yang Terselip

5 September 2024   20:27 Diperbarui: 6 September 2024   21:11 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah desa kecil yang jauh dari keramaian kota, hiduplah seorang gadis bernama Maya. Maya dikenal oleh penduduk desa sebagai gadis yang ceria dan penuh semangat. Setiap pagi, ia bangun lebih awal dari matahari, menyapu halaman rumahnya, dan kemudian membantu ibunya membuat sarapan. Senyum selalu menghiasi wajahnya, dan tawanya mampu menyebar kehangatan ke setiap orang yang mendengarnya.

Namun, di balik senyum dan tawa itu, Maya menyimpan sebuah rahasia. Luka yang terselip jauh di dalam hatinya. Luka yang tak pernah ia ceritakan kepada siapapun.

Ketika Maya masih kecil, ayahnya pergi meninggalkan keluarganya tanpa jejak. Ayah yang begitu ia cintai, yang selalu menggendongnya di pundak setiap sore dan mengajaknya melihat matahari terbenam di ujung bukit, tiba-tiba menghilang tanpa sepatah kata. Sejak hari itu, Maya merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya, sesuatu yang tak pernah bisa tergantikan.

Setiap kali ada yang menyebut tentang ayahnya, Maya hanya tersenyum dan berkata, "Ayah sedang bekerja jauh di kota." Namun, hatinya perih setiap kali mengucapkan kata-kata itu. Luka itu selalu terselip di balik senyumnya, tersembunyi di balik tawa yang ia paksakan.

Hari-hari berlalu, tahun demi tahun berganti. Maya tumbuh menjadi gadis dewasa, tetapi luka itu tak pernah sembuh. Setiap kali melihat anak-anak bermain dengan ayah mereka, hatinya selalu terasa perih. Ia sering kali bertanya dalam hati, "Kenapa ayah meninggalkanku? Apa aku melakukan sesuatu yang salah?"

Namun, Maya tahu bahwa ia tak bisa terus hidup dalam bayang-bayang luka itu. Ia bertekad untuk menjadi kuat, untuk tidak membiarkan luka itu menghancurkannya. Ia mulai mencari cara untuk menyembuhkan hatinya. Ia mencoba melupakan masa lalu, fokus pada masa depan, dan terus menjalani hidup dengan senyuman.

Suatu hari, seorang pemuda bernama Bima datang ke desa mereka. Bima adalah seorang pengembara yang mencari ketenangan di desa yang sepi itu. Ia tertarik dengan keceriaan Maya yang selalu tampak di luar. Namun, Bima yang cermat, bisa melihat ada kesedihan yang terselip di balik senyum Maya.

Bima mendekati Maya, dan perlahan-lahan mereka menjadi teman. Mereka sering berbicara panjang lebar tentang banyak hal, tetapi Maya tak pernah berbicara tentang luka di hatinya. Namun, Bima yang bijaksana, tahu bahwa luka yang tak diungkapkan hanya akan semakin mendalam.

Suatu malam, saat bintang-bintang menghiasi langit, Bima bertanya kepada Maya, "Apa yang sebenarnya kau sembunyikan, Maya? Aku bisa melihat kesedihan di matamu, meski kau selalu tersenyum."

Maya terdiam. Ia tahu bahwa ia tak bisa terus menyembunyikan luka itu. Ia pun akhirnya menceritakan tentang ayahnya, tentang rasa sakit yang ia rasakan sejak ayahnya pergi, dan tentang luka yang selalu terselip di balik senyumnya.

Bima mendengarkan dengan penuh perhatian, tanpa menginterupsi. Setelah Maya selesai, Bima berkata dengan lembut, "Luka itu adalah bagian dari dirimu, Maya. Tapi itu bukanlah dirimu sepenuhnya. Kau lebih dari sekadar luka itu. Kau adalah gadis yang kuat, yang mampu tersenyum meski hatinya terluka. Kau sudah berjalan begitu jauh, dan kau akan terus berjalan. Dan ingatlah, kau tak sendirian. Ada banyak orang di sekitarmu yang peduli padamu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun