Emha Ainun Najib atau sering dipanggil Cak Nun adalah seorang tokoh intelektual Islam, juga seorang budayawan. Cak Nun lahir di Menturo, Sumobito, Jombang Jawa Timur pada tanggal 27 Mei 1953. Cak Nun sangat terkenal di kalangan masyarakat. Karya tulis cak nun banyak menginspirasi para pembacanya. Cak Nun juga membuat suatu kumpulan yang di beri Nama padhang bulan.
Dalam hal ini tentunya pasti akan menarik sekali jika mengetahui makna dari tulisan puisi cak Nun tersebut. Apalagi cak nun dalam beberapa puisinya mengandung ilmu ketauhidan. Yang tentunya bagi orang awam sulit untuk di mengerti. Namun dikesempatan kali ini saya akan menguraikan maksud puisi dari cak nun tersebut. Salah satunya adalah puisi yang berjudul "Sepenggal Puisi Cak Nun"
Sepenggal Puisi Cak Nun
sayang sayang kita tak tau kemana pergi
tak sanggup kita dengarkan suara yang sejati
langkah kita mengabdi pada kepentingan nafsu sendiri
yang bisa kita pandang hanya kepentingan sendiri
loyang disangka emas emasnya di buang buang
kita makin buta yang mana utara yang mana selatan
yang kecil dibesarkan yang besar di remehkan
 yang penting disepelekan yang sepele diutamakan
Allah Allah betapa busuk hidup kami
dan masih akan membusuk lagi
betapa gelap hari di depan kami
mohon ayomilah kami yang kecil ini
Di dalam puisi ini cak nun juga memberikan judul yang kebanyakan orang budayawan atau sastrawan lainnya. Cak nun memberi judul puisinya dengan nama panggilannya sendiri. Tentu hal tersebut juga memberikan kesan bagus bagi puisinya karena membedakan puisinya dengan puisi yang lainnya.
Puisi ini juga memberikan pelajaran bagi pembaca, apalagi bagi orang muslim. Dalam puisinya cak nun memberikan bahasa-bahasa yang indah. Bahasa yang menyebutkan arti ketahuidan. Puisi dari cak Nun ini memberikan kesan mendalam bagi orang yang beragama Islam. Cak nun juga dalam beberapa puisinya banyak yang menuju ke arah ketuhanan.
Ada juga puisi yang berjudul "Tahajjud Cintaku"
Tahajjud cintaku
Mahaanggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan
Mahaagung ia yang mustahil menganugerahkan keburukan
Apakah yang menyelubungi kehidupan ini selain cahaya
Kegelapan hanyalah ketika taburan cahaya tak diterima
Kecuali kesucian tidaklah Tuhan berikan kepada kita
Kotoran adalah kesucian yang hakikatnya tak dipelihara
Katakan kepadaku adakah neraka itu kufur dan durhaka
Sedang bagi keadilan hukum ia menyediakan dirinya
Ke mana pun memandang yang tampak ialah kebenaran
Kebatilan hanyalah kebenaran yang tak diberi ruang
Mahaanggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan
Suapi ia makanan agar tak lapar dan berwajah keburukan
Tuhan kekasihku tak mengajari apa pun kecuali cinta
Kebencian tak ada kecuali cinta kau lukai hatinya
Dalam puisi ini Cak Nun memberikan kata-kata yang sangat Anggun. Puisinya ini menggambarkan bagaimana cara mencintai yang sangat dalam. Pujaan pujaan kepada sang tuhan yang di tulis oleh cak nun sangat indah, menambah minta para pembacanya. Dan puisi ini juga sangat dekat dengan ilmu filsafat. Jadi mungkin bagi orang awam juga sulit untuk mencerna makna puisi di atas.
Mungkin itu saja yang dapat saya dapat tuliskan. Sampai jumpa di tulisan berikutnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H