Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sirup sangat terkenal dikalangan masyarakat khususnya di Indonesia.berbagai kalangan dari yang muda sampai kalangan dewasa pasti pernah mengkonsumsi sirup,nah sirup biasanya banyak kita jumpai dan dihidangkan pada saat  acara-acara seperti kumpul keluarga.maka timbul pertanyaan benarkah sirup itu sudah benar-benar halal dikonsumsi dan apa saja ingredientnya?
Mengutip dari penjelasan Prof.khaswar syamsu,PHD selaku koordinator tenaga ahli LPPOM MUI beliau menjelaskan dalam dalam video di Instagram @Lppom_mui yang berdurasi 4 menitan,beliau menjelaskan titik kritisnya.
(Ungkap beliau)-sirup itu ingredientnya adalah biasanya umumnya adalah air, kemudian gula, kemudian ada sirup fruktosa, ada perisa atau flavour, ada bahan pengasam, ada bahan pengkelat, Kemudian beberapa sirup itu nanti menambahkan lagi pengawet, biasa natrium benzoat, kemudian ada juga nanti, apa yang disebut dengan pemanis buatan.
Â
Dalam konteks halal ada beberapa yang kritis:
Pertama tentu ada gula, kalau gula dalam negri mungkin kemurniannya tidak kritis, tetapi kalau gulanya import kita tidak tau, pemurnian nya atau verifikasinya menggunakan apa. Biasanya itu menggunakan arang aktif, arang aktif, itu berpotensi bisa berasal dari tulang binatang, bisa aja tulang binatang babi misalnya, kalau kita bicara halal produk halal adalah produk yang jelas kehalalannya, seluruh bahannya seluruh ingredientnya,dan kemudian fasilitasnya, harus bebas dari bahan yang haram dan najis.
Yang kedua tadi ada sirup, sirup fruktosa atau sirup glukosa, biasa nya berasal dari Pati, pati jagung misalnya, maka yang kritis adalah enzim yang digunakan untuk menghidrolisis Pati menjadi gula.
Kemudian yang ketiga tadi ada pengasam, biasanya asam sitrat, asam sitrat biasanya merupakan produk fermentasi atau produk kultivasi mikrobial, produk  kultivasi mikrobial punya juga potensi keharaman pada media yang digunakan, terutama pada media yang dahulunya ketika mikrobanya masih pada agar miring atau pada cawan petri, bisa menggunakan peptone, peptone itu merupakan protein, protein yang dihidrolisis menjadi namanya peptida, protein tentu saja bisa dari bahan nabati, bisa dari bahan hewani, kemudian walaupun itu bahannya bahan nabati, maka enzim nya, enzim protease yang digunakan untuk menghidrolisis protein menjadi peptone dari bahan hewani atau bahan microbial, kita tau misalnya protease hewani  ada kita kenal dengan tripsin itu dari pankreas babi, ada pepsin sistem pencernaan babi.
jadi kita harus tau bahwa bahan-bahan ini apa, apa sumbernya, karena itu harus clear, halal itu harus jelas, kalau seandainya tidak jelas harus kita cari kejelasannya, maka proses sertifikasi pada dasarnya adalah mengklarifikasi memverifikasi apakah bahan itu halal atau tidak kalau seandainya bahan itu tidak halal, maka kita harus mencari bahan alternatif yang halal Yang jelas kehalalannya, kemudian yang lain ada namanya bahan pemanis buatan, ini terkait dengan Thayib karena bahan pemanis buatan bisa saja tidak cocok untuk beberapa golongan umur, maka biasanya untuk pemanis buatan tidak direkomendasikan untuk anak 5 tahun ke bawah atau kepada ibu hamil dan ibu menyusui, karena itu tidak Toyib bagi mereka kira-kira itulah titik kritis yang perlu kita cermati pada sirup, pada produk sirup.
Adakah tips memilih sirup yang halal?
jadi konsumen kan tidak perlu juga harus mengecek atau menanyakan kepada produsernya ini bahannya dari apa, bagaimana spesifikasinya itu sudah dilaksanakan ketika produk itu disertifikasi halal para auditor tentu telah mengklarifikasi memverifikasi di lapangan melihat produknya di pabrik Apa bahannya digunakan, karena itu cara yang mudah bagi konsumen adalah melihat apakah produknya sudah mempunyai sertifikat halal apa belum kalau seandainya sudah pasti kehalalannya kita tenang kita tidak perlu lagi khawatir karena itu sudah diperiksa dengan teliti(ungkap beliau).
Abdullah azzam, mahasiswa hukum ekonomi syariah STEI SEBI.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI