Murah nian mengumbar fatwa
Dia harus, Saya khusus
Mereka kudu digerus
Ilmu menjadi sedangkal selokan, sekeruh comberan
Eh, Itu bukan ilmu, tapi hati yang kian hari kian membatu
Maklum, materinya bukan lagi kelas teri
Ulama kini begitu murahÂ
Akunya berani bak darah
Ulama saat ini mudah mengunyah, menelan lidah
Ya, merekalah mematri diri dengan kata sakral itu; Ulama
Semua jadi ambigu karena pemilu
Ilmu hanya jadi gincu
Kekuasaan jadi nomor satu
Memang kekuasaan adalah segalanya
Kau bisa memecah bumi dengannya
Kita bisa meremas angin karenanya
Kalian bisa membelah langit menggunakannya
Masuk akal jika ingin mengubah hati dan wajah Pertiwi melalui tangannya
Namun, apakah itu benar adanya?
Ulama, aku yang lugu makin tergugu
Mencerna pagi, memamah senjaÂ
Mencari maknamu di bahu hari, di  lengan malam
Aku rindu Umar bin Abdul Azis yang tiada narsis
Ku ingin bertemu Ibnu Taimiyah, Penegak Ilmu tanpa lelah
Kita semua rindu Ibnu Umar yang enggan Keulamaannya diumbar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H