Jumat, 4 Januari 2019...
Kata orang, semua yang pertama itu spesial. Setidaknya ada sesuatu yang istimewa pada segala hal yang pertama. Karena pertama adalah permulaan, awal dari semua hal yang bakal hadir setelah itu.
Dalam pengalaman nonton, hal yang serupa terjadi. Film pertama yang saya nikmati kala itu punya tempat tersendiri di hati, yang sampai sekarang belum bisa digantikan oleh film-film lainnya. Adalah Taare Zameen Par, film besutan Aamir Khan yang disebut-sebut sebagai Film Bollywood terbaik yang pernah dibuat.
Mengapa film ini spesial? Bagi saya karena kehadirannya yang tepat dari segi waktu.
Semua berawal dari kedatangan guru PPL pada tahun 2015, saat itu saya duduk di bangku kelas dua SMA. Bagi kalian yang pernah kedatangan rombongan mahasiswa PPL, pasti hafal betul kebiasaan mereka memberikan ice breaking atau memutarkan film di sela-sela pembelajaran (utamanya kalau mereka sudah bingung mau ngomong apa lagi). Dan oleh kebiasaan itu lah saya diperkenalkan pada Taare Zameen Par untuk pertamakali.
Oh... terimakasih Bapak/Ibu Guru PPL, jasamu sungguh tak terlupakan...
Tapi karena pada saat itu jam pelajaran hanya berjalan 90 menit, sedang film ini punya durasi putar 164 menit, saya tidak dapat menontonnya sampai selesai. Jam pembelajaran habis tepat ketika adegan lagu Mera Jahan diputar. Dan oleh karena lagu itulah saya penasaran dengan film ini, dan akhirnya mencari versi lengkapnya sepulang sekolah di warnet.
Saya mendapatkannya! Kali ini terimakasih untuk YouTube.
Taare Zameen Par adalah hidupnya Ishaan Nandikishore Awasthi (Darsheel Safary), anak badung delapan tahun yang menderita diseleksia. Ia kerap berbuat onar, nilai akademisnya jeblok, dan tidak seperti kakaknya Yohan Nandikishore Awasthi (Sachet Engineer) yang menjadi bintang sekolah, ia beberapa kali tidak naik kelas dan bahkan belum bisa baca tulis dengan benar.
Berawal dari terbongkarnya surat izin palsu, kepergian Ishaan dari kelas saat jam pelajaran, sampai  kembali tidak naik kelasnya ia. Tuan Nandikishore Awasthi (Vipin Sarma), Ayah Ishaan, mengirim putranya ke sebuah sekolah berasrama dengan harapan sekolah itu dapat merubah sifat putranya.
Nyatanya tidak. Di sekolah barunya itu Ishaan semakin terpuruk. Alih-alih berkembang, kemampuannya justru menurun. Ishaan  bahkan lebih murung dan penyendiri, perlahan tapi pasti ia mulai kehilangan kepercayaan pada semua orang.
Sampai kemudian datang Rajan Damodharan (Tanay Chheda), siswa berkaki cacat tapi cerdas dari segi akedemis, yang menjadi satu-satunya teman Ishaan di sekolah itu. Dan Ram Shankar Nikumbh (Aamir Khan), guru pengganti yang paling awal mengetahui ketidakberesan pada murid didiknya itu.
Lewat buku tugas milik Ishaan, Ram akhirnya tahu penyakit yang muridnya itu derita. Ia bertekad membantu anak itu, terlebih setelah sikap orangtua Ishaan yang tak mau peduli. Lewat berbagai metode pembelajaran khusus pengidap diseleksia, Ram akhirnya berhasil membuat Ishaan kembali punya minat belajar.
Dan puncaknya adalah ketika Ram menggagas satu perlombaan melukis, yang menjadi jembatan bagi Ishaan untuk menunjukkan bakat terpendamnya kepada yang lain, termasuk orangtuanya.
Film ini memiliki kedekatan yang sangat personal buat saya. Tidak hanya oleh ceritanya, namun lebih ke salah satu sountrack yang mengiringi film ini. Lirik lagu Mera Jahan yang syarat akan nuansa petualangan dan imajinasi, membungkus dengan indah perjalanan Ishaan dalam menyusuri tempat-tempat tak terlirik di kotanya.
Hal yang sama juga saya rasakan, sebab nyaris setiap hari saya pulang berjalan kaki, menyusuri trotoar dan naik angkot berdesak-desakan. Ketika melakukan itu, secara otomatis lagu Mera Jahan terputar  dikepala. Seolah saya ini Ishaan yang tengah memandang dunia lewat bola mata yang berbeda.
Film pertama memang selalu spesial. Film pertama yang punya makna tentu akan lebih spesial lagi. Sulit untuk mencari tandingan film ini, sebab senjata pamungkas Bollywood dalam mengaduk-aduk perasaan (sesuatu yang bahkan belum bisa dilakukan oleh Hollywood) dikeluarkan seluruhnya dalam film ini.
Saya bersyukur diperkenalkan kepada dunia perfilman lewat Taare Zameen Par. Tontonan mendidik yang kaya rasa dan tak lekang oleh zaman.
Salam,
Abdullah S.N
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H