Mohon tunggu...
Abdullah Syukrun Niam
Abdullah Syukrun Niam Mohon Tunggu... -

Duniaku akan mengherankan setiap orang ketika akhirnya terungkap Visit my blog : thesecondwings.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dee dan Novelnya yang Gagal Membuat Jatuh Cinta

8 November 2018   10:47 Diperbarui: 8 November 2018   11:14 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewi Lestari adalah salah satu penulis tanah air yang karyanya saya nikmati. Sampai saat ini, perempuan yang akrab dipanggil Dee ini sudah menelurkan dua belas buku yang berupa novel dan kumpulan cerita. Dari kedua belas bukunya, dua yang sudah berhasil saya baca. Yaitu Perahu Kertas (2009) dan Aroma Karsa (2018).

Saya membaca Perahu Kertas saat kelas tiga SMA. Saat hormon dan gairah muda saya sedang di puncak-puncaknya. Pas lah dengan temanya yang seputaran cinta dan persahabatan.

Tapi entah kenapa, di sepanjang saya melahap buku setebal 444 halaman ini, saya tak bisa jatuh cinta kepadanya padahal novel ini sangat bagus. Entah kenapa ketika saya sampai di halaman terakhirnya, saya tak bisa menghela nafas dan bilang, " wah ini novel luar biasa, wajib baca!", padahal novel ini luar biasa dan wajib dibaca.

Perahu Kertas secara ringkasnya menceritakan bagaimana hubungan Kuggy, sang juru dongeng, dan Keenan, si pelukis andal, akhirnya dapat bersatu setelah melewati banyak rintangan. Mulai dari keinginan masing-masing yang ditentang keluarga dan lingkungan. Sampai pada beberapa orang yang menjadi 'penghalang' di antara mereka.

Di titik itulah saya gagal jatuh cinta, dalam hal ini sang tokoh utama, yakni Kugy dan Keenan.

Di sepanjang cerita, berapa kali Kugy dan Keenan takut mengungkapkan perasaan mereka yang sebenarnya dan malah berusaha pindah ke lain hati. Berapa kali mereka kemudian berselingkuh dari 'pelarian' mereka tadi.

Kugy dan Ojos. Keenan dan Wanda. Kugy dan Remi. Keenan dan Ludhe. Mengapa harus serumit itu hanya untuk Kugy dan Keenan. Kenapa pula memberikan nasib yang tak adil pada tokoh ketiga--Ojos, Remi, Ludhe--padahal mereka tokoh baik yang mendukung penuh impian tokoh utama.

Betapa egoisnya tokoh utama kita!

Satu tahun berlalu, saya kembali membaca novel karya Dee. Kali ini berjudul Aroma Karsa dan sialnya kisah percintaan serupa terulang di sini.

Adalah Jati Wesi. Pemuda dengan julukan Si Hidung Tikus yang memiliki kemampuan luar biasa di indra pembaunya. Ambisi Raras Prayagung soal bunga Puspa Karsa, mempertemukan Jati dengan Tanaya Suma, putri dari Raras.

Jauh sebelum bertemu Jati, Suma telah menjalin hubungan kuat dengan Arya Jayadi. Mereka sudah berteman sedari kecil.

Di saat orang lain menjauhi Suma karena penyakit Hipersomnia-nya. Arya tetap berada di sisinya. Ia bahkan rela memakai satu parfum tertentu yang cocok dengan indra pembau Suma. Ia harus mandi soda kue saat terpapar bau yang terlalu tajam.

Tapi Arya ditinggalkan begitu saja setelah Suma bertemu Jati. Suma justru lebih memilih Jati, seseorang yang belum lama ia kenal, seseorang yang awalnya ia benci. Seolah apa yang telah Arya lakukan selama dua puluh tahun padanya, tak lebih berarti ketimbang sekelumit kebaikan yang baru Jati berikan.

Entahlah, lagi-lagi saya menganggap hubungan mereka (Jati dan Suma) merupakan sebuah perselingkuhan. Suma bahkan berciuman dengan Jati saat ia masih berstatus kekasih Arya.

Dan menurut saya, hal semacam itu tak seharusnya dicontohkan oleh sang tokoh utama.

Apa hal itu berdampak besar? Saya jawab, ya!

Saya langsung kehilangan minat pada karakter Kugy dan Keenan di bagian akhir novel Perahu Kertas. Saya tidak bisa mengikuti kisahnya seantusias ketika di awal. Saya sudah terlanjur kehilangan kepercayaan pada sang tokoh utama, sehingga tindakan-tindakan mereka selanjutnya juga tak bisa saya benarkan.

Hal itu juga terjadi di Aroma Karsa. Saya agak kehilangan fokus sejak dari adegan Jati berangkat ekspedisi. Karena saya sangat menyayangkan ketika Jati dan Suma akhirnya bersatu, penulis tak lagi menyentuh karakter Arya sama sekali. Seakan Arya muncul hanya untuk mempertemukan Jati dan Suma dengan cara menyakiti dirinya, dan kemudian lenyap begitu saja. (Hahh!!!)

Menurut pendapat saya sebagai pembaca awam, penting bagi pembaca untuk tertarik pada karakter tokoh utama. Mereka harus memiliki kepercayaan pada tindakan-tindakan sang figur sentral. Sebab dengan begitu ia dapat dijadikan teladan bagi pembacanya.

Dan karena pada umumnya tokoh utama merupakan penggerak dalam sebuah cerita, sekali pembaca kecewa pada tindakan sang tokoh utama, besar kemungkinan pembaca juga akan kecewa pada cerita.

Itulah yang saya rasakan.

Meskipun begitu, pada akhirnya saya toh tetap menyelesaikan membaca dua novel itu. Sebab saya tahu novel itu bagus dan penting, dan alangkah ruginya saya bila tak menyelesaikannya, hanya karena masalah preferensi.

Tujuan dari artikel ini tak lain dan tak bukan, hanya untuk menuangkan kekecewaan sekaligus satu pertanyaan yang mengganjal kala membaca novel tadi.

Sebenarnya, seberapa penting, sih, kepercayaan pembaca pada sang tokoh utama?

Salam,

Abdullah S.N

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun