Di saat orang lain menjauhi Suma karena penyakit Hipersomnia-nya. Arya tetap berada di sisinya. Ia bahkan rela memakai satu parfum tertentu yang cocok dengan indra pembau Suma. Ia harus mandi soda kue saat terpapar bau yang terlalu tajam.
Tapi Arya ditinggalkan begitu saja setelah Suma bertemu Jati. Suma justru lebih memilih Jati, seseorang yang belum lama ia kenal, seseorang yang awalnya ia benci. Seolah apa yang telah Arya lakukan selama dua puluh tahun padanya, tak lebih berarti ketimbang sekelumit kebaikan yang baru Jati berikan.
Entahlah, lagi-lagi saya menganggap hubungan mereka (Jati dan Suma) merupakan sebuah perselingkuhan. Suma bahkan berciuman dengan Jati saat ia masih berstatus kekasih Arya.
Dan menurut saya, hal semacam itu tak seharusnya dicontohkan oleh sang tokoh utama.
Apa hal itu berdampak besar? Saya jawab, ya!
Saya langsung kehilangan minat pada karakter Kugy dan Keenan di bagian akhir novel Perahu Kertas. Saya tidak bisa mengikuti kisahnya seantusias ketika di awal. Saya sudah terlanjur kehilangan kepercayaan pada sang tokoh utama, sehingga tindakan-tindakan mereka selanjutnya juga tak bisa saya benarkan.
Hal itu juga terjadi di Aroma Karsa. Saya agak kehilangan fokus sejak dari adegan Jati berangkat ekspedisi. Karena saya sangat menyayangkan ketika Jati dan Suma akhirnya bersatu, penulis tak lagi menyentuh karakter Arya sama sekali. Seakan Arya muncul hanya untuk mempertemukan Jati dan Suma dengan cara menyakiti dirinya, dan kemudian lenyap begitu saja. (Hahh!!!)
Menurut pendapat saya sebagai pembaca awam, penting bagi pembaca untuk tertarik pada karakter tokoh utama. Mereka harus memiliki kepercayaan pada tindakan-tindakan sang figur sentral. Sebab dengan begitu ia dapat dijadikan teladan bagi pembacanya.
Dan karena pada umumnya tokoh utama merupakan penggerak dalam sebuah cerita, sekali pembaca kecewa pada tindakan sang tokoh utama, besar kemungkinan pembaca juga akan kecewa pada cerita.
Itulah yang saya rasakan.
Meskipun begitu, pada akhirnya saya toh tetap menyelesaikan membaca dua novel itu. Sebab saya tahu novel itu bagus dan penting, dan alangkah ruginya saya bila tak menyelesaikannya, hanya karena masalah preferensi.