Mohon tunggu...
Abdullah
Abdullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki hobi adalah mengamati semua isu yang terkini

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Masker dari Keterpaksaan Menjadi Kebiasaan

17 Januari 2024   05:36 Diperbarui: 17 Januari 2024   05:46 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang dapat dilihat bersama sekarang itu masker sudah dimana-mana, melekat pada wajah setiap kesana dan kemari. Setiap keluar rumah pasti ada yang memakainya. Jika kita mendengar kata masker apa yang paling pertama kali terlintas dipikiran mungkin yang terlintas adalah mengenakannya di wajah yang menutupi mulut dan hidung. Selanjutnya yang terlintas adalah sebagai penampilan.

            Jika berbicara masker, apakah dari kita sudah tau apa itu masker dan apa saja sih sejarahnya kok sampai bisa terwujud masker itu.? Nah, masker mulai terlacak sebagai masker yang tertua di Eropa sekitar abad ke-14 sampai abad ke-17 yang berbentuk seperti paruh burung. Dan juga saat wabah Black Death masker yang digunakan hampir sama dengan setelan paruh burung. Dan seterusnya, terus dikembangkan oleh ilmuwan di negara maju hingga yang kita kenal sampai sekarang ini.

            Dan entah mengapa masker saat sekarang ini terus eksis, padahal ditahun-tahun sebelumnya terkhususnya di tahun 2018 kebawah sebelum wabah Covid-19 ini menyerang, si masker ini belum populer lo dikalangan masyarakat pada umunya. Yang kita ketahui saat itu pada kalangan yang bekerja di instansi kesehatan saja mungkin. Dan bisa saja yang mungkin memakainya saat itu sedang sakit yang penyakitnya bisa menular kepada orang lain. Terdapat opini yang mengatakan masker ditahun itu belum menjadi kewajiban ditempat umum.

            Semuanya berubah semenjak wabah itu menyerang. Dengan segala peraturan yang mengikat memaksa semua orang harus menggunakannnya dengan alasan kesehatan yang mengancam nyawa. Dan ketika semua sudah berlalu, kejadian-kejadian yang tidak mengenakan, krisis-krisis yang terus berdatangan. Waktu terus berlalu hingga menyisakan keadaan yang lebih membaik. Hari ke hari yang semakin baik hingga berakhirlah cerita dari wabah tersebut dan perlahan perturannya mulai hilang, tetapi efeknya tetap terus ada.

            Mengenai efek dari masker ini dari awalnya keterpaksaan menjadi kebiasaan atau menjadi habitus baru di masyarakat. Dulu masyarakat sangat enggan menggunakan masker dengan berbagai alasan, seperti ketidaknyaman saat memakainya, tingkat kesadaran yang belum tinggi juga menjadi faktor yang mempengaruhinya. Dan juga ketersediaan masker pada masa itu.

            Waktu berlalu membuat masyarakat sadar akan pentingnya masker dan pada akhirnya ketentuan memakai masker perlahan diperbolehkan untuk tidak memakainya, tetapi bukannya masyarakat meninggalkan masker, malah mereka seakan-akan erat tak dapat terpisahkan. Bahkan, sekarang ini masih banyak orang diluar sana yang suka memakai masker. Dengan berbagai alasan mereka memakainya, seperti penampilan bisa untuk membuat mereka misterius, siapasih orang itu. Ada juga yang udah nyaman kemana-mana selalu mamakainya.

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun