Misalnya saja seorang desainer grafis dapat mengunggah portofolio mereka ke Instagram atau Behance guna menarik minat calon klien atau perusahaan yang sedang mencari jasa desain grafis. Begitu juga dengan musisi yang bisa menggunakan Soundcloud atau YouTube untuk memperkenalkan lagu-lagu baru mereka kepada pendengar potensial.
Dengan adanya promosi kreativitas dan promosi diri melalui media sosial ini, individu memiliki lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan pengakuan atas apa yang telah mereka ciptakan serta membuka pintu menuju peluang-peluang baru dalam karir maupun bisnisnya.
Tentunya ada dua sisi mata uang dalam hal ini. Meskipun dapat mendorong keberhasilan dan prestasi seseorang, terlalu fokus pada promosi diri juga dapat menyebabkan tekanan sosial dan perasaan kurangnya nilai diri.Â
Gangguan kesehatan mental akibat penggunaan media sosial, seperti kecemasan dan depresi, semakin menjadi perhatian dalam dunia psikologi modern. Dalam era digital ini, kita sering kali merasa terjebak di dalam lingkaran tak berujung dari pemberitahuan dan pembaruan yang melekat pada platform media sosial.
 Salah satu efek yang signifikan adalah timbulnya perbandingan sosial dan citra diri negatif. Ketika kita melihat postingan orang lain yang tampak bahagia dan sukses di media sosial, bisa memicu rasa tidak puas dengan hidup kita sendiri. Kita mungkin mulai membandingkan pencapaian dan penampilan fisik kita denganmereka, meningkatkan risiko gangguan citra tubuh atau rendahnya harga diri.
Selain itu, kecanduan media sosial juga dapat menyebabkan gangguan tidur yang serius. Kita cenderung menghabiskan waktu berjam-jam untuk menjelajahi feed Instagram atau membaca komentar-komentar di Facebook tanpa sadar bahwa waktu tidur telah terlupakan. Kurangnya tidur berkualitas dapat mempengaruhi kinerja sehari-hari serta kesehatan fisik secara keseluruhan. FOMO (Fear of Missing Out) juga merupakan aspek penting dalam dampak negatif media sosial terhadap kesehatan mental. Melalui media sosial, kita dipaparkan pada aktivitas-aktivitas teman-teman atau selebritas yang tampak menarik dan menyenangkan. Hal ini dapat membuat kita merasa tertekan untuk selalu berpartisipasi dalam setiap acara atau kegiatan .
 Jadi, tidak dapat dipungkiri bahwa ada dampak positif, dengan pemahaman tentang dampak negatif ini, penting bagi kita untuk menggunakan media sosial secara bijaksana dan seimbang dalam kehidupan sehari-hari kita. Tetapi sebagaimana ada dua sisi mata uang dalam setiap cerita; begitu juga dengan penggunaan media sosial dalam akses terhadap informasi ini memiliki dampak negatifnya tersendiri pada kesehatan mental. Untuk menjaga keseimbangan mental saat menggunakan media sosial, penting untuk membiasakan diri melakukan self-care secara rutin seperti berolahraga, bermeditasi, dan menghabiskan waktu berkualitas.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H