Konsep Mental Pada Manusia
Menurut pandangan agama Islam, hakikat manusia adalah makhluk beragama, yaitu makhluk yang mempunyai fitrah untuk memahami dan dan menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama. Dari sikap keagaman inilah yang membuat manusia berbeda dengan makhluk lainnya dan juga mengangkat harkat dan martabat atau kemuliaan disisi Allah SWT. Fitrah beragama manusia didukung oleh lingkungan yang mendorong manusia bertindak baik maupun buruk terutama lingkungan keluarga. Jika lingkungan baik maka akan menjadi uswatun hasanah bagi perilakunya di dunia, dan sebaliknya.
Hakikat manusia dalam Islam dapat ditinjau dari segi vertikal dan horizontal, yaitu:
1.Segi Horizontal
Manusia adalah makhluk sebagai hamba tuhan. Dari segi ini manusia memiliki tanggungjawab untuk beribadah kepada Tuhannya. Untuk itu, manusia dibekali fitrah dalam hal segala hal sebagai potensi manusia yang harus dikembangkan dengan pendidikan melalui kondisi suasana dan lingkungan manusia.
2.Segi Vertikal
Dari segi ini manusia diberikan tanggungjawab untuk menjadi makhluk yang dapat bermanfaat baik untuk dirinya maupun yang lainnya. Hal ini dengan tujuan mencapai kebahagiaan yang hakiki dan kesejahteraan untuk semuanya.
Menurut Agus Mustofa bahwa manusia itu terdiri dari tiga unsur yaitu badan, ruh, dan jiwa. Ketiganya memiliki fungsi dan peran yang berbeda namun dalam satu kesatuan membentuk manusia seutuhnya. Maka konsep mental lebih mengarah pada pengertian jiwa yang memiliki kendali atas alam sadar manusia serta terhubung dengan jasmani serta ruhani yang bergerak di alam bawah sadar manusia.
Konsep Dasar Kesehatan Mental
Kesehatan mental terdiri dari dua kata yaitu kesehatan dan mental. Kesehatan menurut KBBI berasal dari kata sehat yang berarti baik, waras, mendatangkan kebaikan, sembuh dari sakit dan dapat dipercaya. Sedangkan didalam bahasa Yunani, kesehatan terkandung dalam kata hygiene yang berarti ilmu kesehatan. Sehingga kesehatan dapat berarti suatu keadaan yang sehat. Kata mental secara etimologi berasal dari kata latin yaitu "mens" atau "mentis" yang berarti roh, sukma, jiwa, nyawa, dan semangat.
Dari pengetian secara etimologi dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari mental, psikis, jiwa seseorang dalam keadaan sehat, baik, semangat atau tidak.
Prinsip-prinsip Kesehatan Mental
Yang dimaksud dengan prinsip kesehatan mental adalah dasar yang harus ditegakkan manusia untuk mendapatkan kesehatan mental dan terhindar dari gangguan ataupun penyakit kejiwaan. Menurut Kartono dalam bukunya yang berjudul hygine mental, terdapat tiga prinsip kesehatan mental yaitu:
1)Pemenuhan kebutuhan pokok yaitu bahwa manusia memiliki dorongan untuk memenuhi kebutuhan pokok baik yang besifat fisik, psikis, maupun sosial.
2)Kepuasan, yaitu kesadaran manusia untuk menilai dan kemampuan penguasaan dirinya yang akan memberikan rasa senang, bahagia, dan puas.
3)Posisi dan status sosial, yaitu bahwa setiap manusia berusaha mencari posisi dan status sosial di masyarakat. Dalam hal ini manusia membutuhkan rasa cinta kasih dan simpati yang akan menimbulkan rasa aman, keberanian serta harapan-harapan dimasa mendatang.
Adapun urgensi kesehatan mental dalam pendidikan Islam diantaranya:
a.Kesehatan mental berusaha mewujudkan pembentukan insan kamil melalui jiwa yang bersih dan sehat sehingga pendidikan Islam akan tercapai dengan lebih sempurna.
b.Menjaga kesehatan mental dari setiap individu di lingkungan pendidikan akan mewujudkan lingkungan pendidikan yang lebih sehat sehingga pelajaran atau pendidikan yang diperoleh anak menjadi lebih baik.
c.Kesehatan mental menjadi faktor pendukung dalam pengembangan potensi yang dimilki manusia. Oleh karenanya dengan menjaga kesehatan mental maka pengembangan potensi individu menjadi lebih optimal sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
d.Kesehatan mental merupakan dampak dari kadar keimanan manusia. Oleh karenanya, maka kesehatan mental menjadi penting untuk mengukur keberhasilan pendidikan Islam. sangat tergantung dari moral generasi mudanya. Jika moral generasi mudanya baik, maka tegaklah bangsa itu, dan jika moral generasi mudanya buruk maka hancurlah bangsa itu.