Dapat di simpulkan mahasiswa FEB mereka mengetahui mengenai satgas PPKS ini hasil dari upayanya sendiri bukan dari pimpinan FEB nya.
"Namun tetap dari pihak lembaga mahasiswa mencoba untuk membantu menangani permasalahan kekerasan seksual yang terjadi. Dengan usaha melaporkan ke berbagai pihak yang menangani kasus ini, Selain itu mencoba untuk membantu korban dengan mediasi dengan korban dan mencari keadilan dan mengadvokasinya dengan berbagai pihak salah satunya kepada pihak kampus, hasil akhirnya langsung di tanggapi oleh pimpinan kampus tersebut dengan mengeluarkan tersangka yang sudah melakukan kekerasan pada korban". Lanjut abu.
Begitupun pernyataan lanjutan dari abu bahwasanya yang berperan menangani kekerasan seksual ini dari anak lembaga dan juga pimpinan yang seharusnya ini termasuk tugas dan fungsi dari satgas PPKS itu sendiri. fisik saja seperti pegang pegangan, namun seperti catcalling, memperlihatkan gambar gambar video yang tidak senonoh pun itu menjadi bentuk dari kekerasan seksual, namun melihat kondisi sekarang itu menjadi sebuah behavior suatu kejadian hal yang biasa.
"Kekerasan seksual bisa di katakana ia apabila pihak yang mengalami tidak merasa nyaman atau terganggu akan hal itu, namun jika ia merasa nyaman dan biasa saja itu tidak termasuk kedalam kekerasan seksual, mungkin harapan kedepannya semoga satgas yang sudah di bentuk bisa segera dilantik dan bisa menciptakan ruang aman bagi lingkungan kampus yang terlindungi dari kekerasan seksual, dan perlu di gaungkan serta mendesak untuk segera di lantik dan di berjalankan program satgasnya". Harap abu.
Maka oleh sebab itu hal yang harus terus di perhatikan dan di kawal oleh pimpinan kampus adalah bagaiama mereka bisa mempromosikan dan bagaimana peranan satgas PPKS ini di perguruan tinggi berakreditasi unggul.
