Sudah jamak, bahwa "sarat" sempurnanya merayakan hari kemenangan (idul fitri) adalah dengan disertai dengan bumbu-bumbu drama belanja outfit baju lebaran
maka tidaklah heran jika sepekan sebelum hari kemenangan itu datang, pasar, mall dan pusat perbelanjaan lainnya penuh sesak dipenuhi para pembeli, baik remaja, muda tua semuanya tumpah ruah di berbagai pusat perbelanjaan
Sebagai orang yang dilahirkan pada tahun 1970-an saya masih merasakan drama dan momen-momen menuju hari lebaran, sebab disaat itulah saya dan beberapa teman seangkatan bisa merasakan outfit lengkap yang serba baru
Outfit  dimulai dari baju koko, kemeja, celana, songkok dan sarung. semuanya didominasi barang baru, bahkan saat itu (masa kanak-kanak) saya bangga memakai sendal yang masih ada tempelan logo harga dan tidak mau melepaskan logo tersebut
beberapa tradisi atau kebiasaan yang terjadi pada masa kanak-kanak saya, dan tentu hal serupa juga dialami oleh siapa saja yang dilahirkan di era tahun 1970-an. Era dimana untuk merasakan pakaian baru harus menunggu momen hari raya
Namun perjalanan waktu dan semakin dewasanya kita, saya berpikir bahwa tidaklah penting banget sebenarnya untuk berperilaku seperti kebanyakan orang, dimana saat mendekati hari lebaran, mereka berbondong-bondong belanja baju baru pas lebaran?
Bagi saya belanja untuk baju lebaran tidaklah penting, lagian ngapain juga harus belanja baju lebaran, bukankah untuk jaman sekarang kita bisa berbelanja kapan saja, terlebih kita juga masih memiliki sandang yang terdahulu masih bisa dipake
Terus untuk apa beli yang baru lagi? bukankah era sekarang kita bisa beli kapan aja, ga perlu tabok-tabokan di pasar, mall atau toko baju lainnya termasuk di olshop yang gatau nyampenya kapan karena permintaan akan baju lebaran biasanya selalu membludak.
Namun demikian tak dipungkiri lebaran adalah momen yang sakral, pada saat itu sebagian masyarakat utamanya yang bekerja baik di sektor resmi ataupun swasta bisa mendapatkan uang THR, sehingga lebaran adalah momen dimana sebagian orang mendapatkan uang tambahan lebih dan itu bisa digunakan buat membeli pakaian baru.
Disamping itu kita sadar, tidak semua orang mampu membeli baju disetiap waktu, mungkin diantara kita bisa kapan saja, sehingga bisa berpikir kenapa harus membeli baju di momen lebaran, yang mengharuskan berdesak-desakan, rebutan yang akhirnya fokus ibadah bulan ramadhan menjadi kurang maksimal
Jika disimpulkan masyarakat indonesia dalam menghadapi momen ramadhan yang diakhiri dengan perayaan kemenangan di bulan ramadhan (lebaran) dapat diklasifikasi menjadi dua bagaian, pembeli outfit baju lebaran dan sebaliknya
Sehingga yang menjadi perhatian atau titik tolaknya adalah bagaimana kita dapat memanage waktu dan cara dalam melaksanakan kegiatan berbelanja tidak menjadi penghalang atau mengganggu dalam kita beribadah di bulan ramadhan
Sebab ramadhan adalah bulan mulya, dimana segala amal ibadah nilai pahalanya dilipat gandakan dan semakin keujung bulan semakin besar nilai-nilai yang bisa didapat, sehingga perlu konsentrasi dan komitmen dari seluruh ummat islam untuk fokus dalam menyemarakkan bulan berkah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI