Dalam dunia kantor, pelaksanaan program kerja (proker) dilaksanakan sesuai rundown yang telah dibuat dan disepakati sebelumnya, dimana proker tersebut dibuat dan disetujui pada tahun sebelumnya setelah melalui proses serta kajian yang disesuaikan dengan visi dan misi lembaga atau kantor
Melaksanakan proker bagi para "hamba" komporate, khususnya di kantor adalah hal lumrah yang selalu dilaksanakan disetiap tahunnya, namun yang menarik dalam melaksanakan proker itu adalah karakter dan warna warni dalam kegiatan dimaksud.
Seperti dalam menyiapkan administrasi, untuk kegiatan  baik berupa seminar, fgd, maupun kegiatan berupa perjalanan dinas keluar kota atau menghadiri undangan dari pihak ketiga, semua  setelah selesai dikerjakan harus dipertanggung jawabkan  kepada pimpinan dengan melengkapi berkas dan sarat yang dibutuhkan
Diantara berkas administrasi yang harus disiapkan adalah Nota, Kwitansi, Bill Hotel, SPBy, Nota Rangkap, Surat Pernyataan dan beberapa berkas administrasi perkantoran lainnya dan kesemuanya adalah hal wajib yang harus ada pada sebuah kegiatan baik itu di perusahaan maupun  perkantoran
Berkas diatas merupakan bagian yang tak terpisahkan untuk dipenuhi dan sebagai wujud pertanggung jawaban panitia pelaksana dalam melaksanakan tugasnya, terlebih jika yang mengadakan kegiatan itu adalah kantor yang notabene dimilik negara
Membahas "dunia" administrasi khususnya tentang berkas sebagaimana paragraf awal, sudah menjadi rahasia umum, bahwa ada beragam warna, karakter, dan cara yang dipertontonkan oleh pengelola dalam menyiapkan berkas dimaksud, Â baik oleh pelaksana, penerima kegiatan ataupun para pemeriksa keuangan
Dan menjadi rahasia umum, bahwa dalam melaksanakan kegiatan dilingkup kantor pemerintahan, biasanya para pelaksana kegiatan dalam melaksanakan tugasnya, akan meniru dan mengikuti "irama" para pelaksana terdahulu, sehingga kegiatan itu dilakukan tidak berdasarkan benar atau salahnya, tetapi mengikuti cara yang pernah dikerjakan oleh pendahulu mereka
Disinilah "ujian" terberat bagi pegawai yang memiliki jiwa idealis yang ingin memiliki mental dan integritas baik dalam melaksankaan berbagai macam kegiatan dan pelaksanaan tugas dalam kerja
Meskipun tidak semunya pegawai berperilaku seperti yang saya asumsikan diawal, tetapi banyak cerita, terkait perilaku atau modus dari pegawai kantor dalam menyelesaikan administrasi kegiatan. dan rata-rata model, cara ataupun modus yang dilakukan hampir serupa atau sama pada beberapa hal sebagai berikut:
Pertama, bahwa melaksanakan kegiatan selalu di hotel, padahal kegiatan tersebut  juga bisa dilaksanakan di aula, ruang rapat yang ada di kantor, namun panitia cendrung melaksanakan kegiatan dimaksud di hotel.
Usut punya usut, ternyata pihak pemasaran hotel sejak awal tahun sudah merayu dan melobi kepada pengelola lembaga, unit atau kantor untuk melaksanakan kegiatan di hotel tempat mereka kerja, dan tentu ada iming-iming fee back yang didapat
Kedua, memanipulasi nota, bill hotel uang perjalanan transportasi, bahkan hingga ke nota BBM, maksud melakulan manipulasi adalah dengan merubah, menulis sendiri nominal yang akan diajukan ke bendahara, sehingga buget yang diajukan lebih besar dari yang dibayarkan pada pihak pemberi jasa
Ketiga, adalah meng-up jumlah barang, nilai harga dari sebuah toko, walaupun sistem pembayaran sudah dengan sistem online, tetap saja semua bisa disiasati oleh pelaksana dengan pihak penjual jasa, sebab adanya rasa saling untung menguntungkan
Pada cerita diatas, terkadang di perparah oleh pimpinan yang bertugas untuk menyeleksi, membenarkan dan meloloskan pengajuan pencairan dana itu dengan berpura-pura tidak tau, sehingga proses pengajuan atau pencairan dana dengan data fiktif bisa realisasi
Akibat ulah ini negaralah yang dirugikan, sebab telah terjadi kebocoran aggaran dibanyak bidang, sebab secara lahiriyyah berkas, bill hotel dan nota-nota itu adalah sah secara fisik, sehingga komitmen pimpinan adalah salah satu instrumen yang bisa mengawasi dan memperbaiki kondisi ini
Maka disinilah pentingnya peran pimpinan untuk tegas dan berani menolak, jika terdapat usulan atau berkas yang diajukan memang "bermasalah" baik dari sisi rasionalitas, nilai atau harga  yang diminta tidak realistis.  Pimpinan harus berani memanggil dan tidak membubuhkan tanda tangannya hingga adanya perbaikan
Pemimpin dalam hal ini, adalah mereka yang diamanahi menjadi PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) yang bertugas meneruskan berbagai usul kegiatan, setelah dicek dan divalidasi kemudian membubuhkan tanda tangannya untuk proses pembayaran
Mereka (PPK) harus berani, tegas dan siap menolak untuk  membubuhkan tanda tanganya agar usulan tersebut tidak bisa direalisasikan dan harus melalui perbaikan agar sesuai dengan fakta dan data
Disinilah letak dakwah bagi seorang pemimpin utamannya mereka yang diberi amanah sebagai pejabat (PPK), Â dalam dakwah versi ini tidak perlu menghafal ayat, hadist ataupun kata-kata indah yang bisa memukai jamaah, cukup dengan ketegasan dan komitmen dalam menjalankan aturan dan semangat untuk menjaga uang negara dengan meneken tanda tangannya pada nota dan spby yang benar
Saya teringat pernyataan dari Rektor UIN Bandung yaitu Prof. Dr. H. Mahmud, beliau menyatakan sebuah ungkapan berikut:
"Pemimpin itu seperti Air terjun, dia adalah air yang putih dan jernih, namun setelah jatuh ketika sampai di dasar (tanah) air terjun yang putih tadi menjadi keruh, maka bagaimana jadinya jika air terjun itu sebelum terjun ke bawah sudah keruh, maka sudah bisa dipastikan sampainya air ke dasar (tanah) akan sangat terlihat keruhnya
Pernyataan diatas menggambarkan bahwa seorang pemimpin yang berkomitmen untuk selalu menebar kebaikan saja, tidak serta merta semuanya menjadi baik, apalagi jika sang pemimpin tersebut sudah mau kompromi dengan berbagai bentuk pelanggaran atau toleransi dengan hal-hal yang tidak dibenarkan, maka sudah dipastikan para bawahanya atau rekan kerjanya akan lebih banyak melakukan penyimpangan dan berbagai bentuk kesalahan  atau hal-hal "keruh" lainnya
Untuk itu sebagai pemimpin, yang telah diamanahi menjadi pejabat PPK, Pemeriksa keuangan, SPI, operator keuangan teruslah berkomitmen dalam berdahwah dengan "mata tinta" yang sudah diberikan kepada kalian. Sebab dari mata tinta itu anda memiliki kewenangan untuk menyaring mana yang benar dan mana yang salah, dan dengan mata pena itu kalian bisa melakukan dakwah kebaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H