Ya, malam itu terjadi laga Big Mach antara tuan rumah Arema dan seteru abadinya Persebaya Surabaya, yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang. Kabarnya terjadi korban meninggal hingga diangka 127 Orang dan 200 lebih yang luka-luka.
Shock dan kaget saya mendengar berita itu, sebab baru saja kita dibahagiakan dengan penampilan cermelang Timnas senior yang meningkat di level rangking FIFA atas kemenangan dua kali berturut melawan Timnas Curacao dari 155 naik ke 152.
Juga kompaknya suporter timnas dalam mendukung para pemain, gemuruh kumandang takbir yang diucapkan saat mendukung timnas Indonesia melawan timnas Curacao, adalah gambaran betapa kompak dan bersatunya para suporter persepakbolaan di Indonesia dalam mendukung timnas kesayangan
Kemudian dikejutkan dengan kericuhan yang memakan korban hingga ratusan orang, tentu kejadian ini sangat menyedihkan dan mencoreng nama baik persepakbolaan di tanah air.Â
Kedepan semoga antara regulator, penyelenggara, pelaksana dan semua yang berkepentingandalam persepakbolaan bisa belajar dan menata penyelenggaraan bola menjadi lebih baik
Dari berita-berita dan informasi yang beredar kejadian itu berawal dari para pemain dan ofisial Arema, yang menyapa dan memperlihatkan gestur minta maaf atas kekalahan tim melawan persebaya dengan skor 2- 3 pada pertandingan tersebut.
Melihat kekalahan tersebut, akhirnya banyak diantara suporter yang marah dan melakukan aksi turun ke lapangan untuk mempertanyakan sebab kekalahan, sekaligus ingin mengungkapkan raca kekecewaan pada offisial dan pemain
Karena banyaknya suporter yang turun ke lapangan guna menyampaikan uneg-uneg dan kekecewaan, membuat situasi ricuh dan tak terkendali, maka oleh aparat para pemain diarahkan untuk ke ruang ganti. sebab penonton semakin beringas dengan melemparkan benda-benda ke dalam lapangan.
Aparatpun turun tangan untuk meredakan situasi, yang semakin ricuh dan penuh sesak dipenuhi penonton. Aparat berupaya menggiring penonton untuk kembali ke tribun dan pergi meninggalkan lapangan, sebab pertandingan telah usai.
Karena banyaknya suporter berada di lapangan, dan banyak yang membuat ulah akhirnya aparat berinisiatif melemparkan gas air mata ke berbagai sudut lapangan, dengan tujuan para suporter menjauh dan keluar stadion.
Disinilah lalu terjadinya kericuhan antara para suporter yang mengalami sesak napas, mata pedih dan saling berdesakan, saling injak di pintu keluar yang pada akhirnya memakan korban