"Mas Sasli, dimana ne pean? Aku ada di Sukamara neh siang tadi yampe Sukamara ada sedikit kegiatan. Bisalah umpat betakun, dimana yuklah, wadah orang jualan daging rusa atau warung makan daging rusa, asa handak nah memakan daging rusa..."
Percakapan diatas adalah contoh dialog "oknum" pengelola lembaga pendidikan kepada alumni menggunakan dealek Bahasa banjar. Dalam dialog tersebut jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia memiliki makna sebagai berikut:
"Mas Sasli, kamu ada dimana sekarang?, Saat ini saya berada di Sukamara (Sebuah Kabupaten yang ada di Kalimantan Tengah) siang tadi baru sampai di Sukamara karena ada sedikit pekerjaan yang harus diselesaikan. Saya bisa bertanya, kira-kira dimana ada orang yang berjualan daging rusa atau warung makan yang menjual menu daging rusa. Sebab saya merasa sangat kepingin makan daging rusa"
Ini adalah ilustrasi percakapan seorang yang masih aktif di Institusi dengan salah satu alumni di daerah yang masih terkenal dengan jualan daging rusa atau masakan daging rusa.Â
Sepintas tidak ada permasalahan dalam percakapan ini, jika dialog tadi semata-mata murni dari keinginan mendapat penjelasan atau petunjuk lokasi penjualan daging rusa atau masakan dari daging rusa
Namun, jika dalam pelaksanaan atau niatnya hanya ingin mendapatkan fasilitas atau free dari sosok yang ditelpon dengan mengatas namakan loyalitas alumni, kemudian mengharap dibelikan atau diberi secara gratis.Â
Kemudian jika seorang alumni tadi memberi Cuma-Cuma, mereka (alumni) disebut murid "berbakti" dan jika tidak memenuhi ekspektasi yang diinginkan, mereka (alumni) tidak disebut sebagai murid berbakti, maka inilah problem yang sebenarnya.
Keberadaan alumni seolah-olah dijadikan sebagai ajang pembenaran oleh sekelompok orang untuk mendapatkan sesuatu dengan mengatas namakan alumni, sebab hal-hal seperti ini akan sangat terlihat jelek dan boleh jadi bisa mencoreng nama baik institusi setempat dan alumni akan merasa kurang enak, terlebih tidak semua alumni dalam beberapa sector mengalami kesuksesan
Saya dan pembaca mungkin sependapat bahwa membicarakan sebuah organisasi atau perkumpulan bernama Ikatan Alumni, semua orang akan bilang dan sepakat bahwa hal itu sangatlah penting. Tidak hanya untuk eksistensi, tapi juga untuk sarana silaturahmi antar keluarga besar "jebolan" suatu sekolah/universitas/lembaga pendidikan.
Tapi sayang, keberadaan alumni tidak bisa dioptimalkan keberadaaanya, sebab masih banyak dari kita yang "tidak peduli" terhadap eksistensi Ikatan Alumni.Â
Alumni hanya digunakan saat diperlukan oleh institusi atau organisasi dalam beberapa kegiatan yang meminta untuk melibatkan alumni atau hanya untuk kepentingan pragmatis sebagaimana poin dari paragraf awal artikel ini
Dalam perguruan tinggi salah satu instrument isian borang untuk prodi-prodi Lembaga Pendidikan adalah meminta adanya peran kegiatan Ikatan Alumni, sehingga pihak dari Lembaga meminta kepada alumni untuk bergerak, bekerja atas dasar kepentingan yang diinginkan oleh Lembaga,Â
lebih dari itu masih sangat jarang ditemukan Lembaga yang mencoba mengkaitkan Ikatan Alumni dalam sebuah kegiatan penting atau setidaknya dalam kegiatan kolaborasi yang saling menguntungkan
Terlebih untuk saat ini, peran dari Ikatan Alumni tidak hanya penting dalam mewujudkan visi & misi suatu sekolah/lembaga pendidikan, khususnya dalam kegiatan Akreditasi.Â
Tapi lebih dari itu, Ikatan Alumni dapat menjadi ujung tombak dalam meningkatkan reputasi kampus, sekolah di mata masyarakat, selain itu Ikatan Alumni bisa "membuka jalan" bagi alumni yang lain untuk masuk ke dunia kerja atau profesional.
Jika alumni dioptimalkan keberadaannya dan dijadikan pathner dalam memajukan Lembaga, saya yakin lebaga tersebut, apakah itu sekolah, perguruan tinggi akan banyak mendapat manfaat.Â
Jadi alumni adalah asset penting yang harus dirangkul dan dikembangkan oleh setiap Lembaga pendidikan
Kita semua paham, bahwa banyak Lembaga Pendidikan baik formal ataupun non formal yang memiliki "kualitas" selalu ditopang oleh Ikatan Alumni yang mumpuni. Realitas ini pada gilirannya akan dapat meningkatkan mutu lulusan Lembaga tersebut. Jadi, alumni adalah aset penting yang harus dirangkul dan dikembangkan oleh setiap Lembaga Pendidikan baik formal maupun non formal.
Buat apa? Tentu untuk "Membangun Sinergi". Itulah kata kuncinya. Sekolah dan alumninya harus bersinergi. Alumni yang sukses tidak bisa dipisahkan dari sekolah tempatnya menimba ilmu. Besar atau kecil sumbangsih sekolah telah menjadi bagian dari suksesnya seorang alumni.Â
Sebaliknya, sekolah yang mampu memfasilitasi dan menghargai alumninya (apalagi yang sudah sukses) melalui wadah Ikatan Alumni maka dengan sendirinya akan dipromosikan sebagai "tempat belajar" yang direkomendasi dan berkualitas.
Sangat disayangkan, jika banyak alumni yang sukses dan memiliki potensi, tapi tidak mampu "bersinergi" dengan sekolahnya, kampusnya, organisasinya yang pada akhirnya, sekolah atau Lembaga pendidikan jalan ke mana? Alumni jalan ke mana? Bahkan siswa atau mahasiswanya sekarangpun entah mau kemana ? Tidak ada sinergi, tidak ada kepedulian.
SINERGI Lembaga Pendidikan dan Alumni hari ini, mutlak harus diwujudkan, Itu harga mati. Di tengah kompetisi dan dinamika peradaban yang kian sengit, sinergi sebuah Lembaga pendidikan dan alumni menjadi eleman penting. Jadi, memulai membangun sinergi antara Lembaga Pendidikan dan alumninya tidak ada kata terlambat untuk dilakukan.
Mengapa Ikatan Alumni penting? Setidaknya ada 4 alasan yang mendasari pentingnya IKATAN ALUMNI bagi suatu Lembaga Pendidikan, yaitu:
1. Alumni dapat berperan dalam memberikan masukan dan program nyata bagi kemajuan Lembaga pendidika;
2. Alumni memiliki potensi dan kompetensi dalam membangun opini publik demi "nama baik" (citra) Lembaga pendidika;
3. Alumni sebagai produk Lembaga Pendidikan, dapat menjadi relasi penting dalam memperluas jaringan Lembaga pendidikan/siswa atau mahasiswa dengan insitusi di luar Lembaga Pendidikan;
4. Alumni dapat menjadi sumber informasi dunia kerja & usaha bagi lulusan baru suatu Lembaga pendidikan, di samping menjadi inspirasi bagi calon alumni di Lembaga Pendidikan dimaksud.
Cuma gimana caranya menciptakan IKATAN ALUMNI yang berkenan bagi kita semua ? Setidaknya ada 3 orientasi yang harus diciptakan IKATAN ALUMNI, yaitu:
PERTAMA Ikatan Alumni yang tak usang oleh waktu.
Alumni yang tergabung dalam IKatan Keluarga (IKA) pada sebuah Lembaga harus tidak mengenal fanatisme kelompok, angkatan atau usia sekalipun. Memang sulit, tapi kegagalan banyak IKATAN ALUMNI karena terlalu banyak dikotomi di antara anggotanya. Inilah PR besar yang perlu kita cari "jalan tengah". Agar alumni dan intitusi yang telah meluluskannya memiliki kesamaan dalam visi dan misinya
KEDUA Ikatan Alumni selalu mencerahkan dan bersinergi
Ikatan Alumni harus bisa membangun tradisi untuk bisa "bersinergi nyata" dalam kegiatannya alumni bukan sekedar kangen-kangenan dan nostalgia. Informasi terkini dari sekolah atau Lembaga Pendidikan harus didapat dan apa yang bisa diperbuat alumni untuk Lembaga atau sekolahnya. Ikatan Alumni harus mencerahkan bagi para alumninya, atau sekolahnya.
KETIGA Ikatan Alumni harus realistis.
Dalam bertindak dan berpikir alumni harus berpikir realitis, tidak berlebihan dalam "bermimpi". Jangan terlalu banyak yang di mau, di samping jangan ada kepentingan orang perorang yang dominan, semuanya didasari pada realitas. Apa adanya bukan ada apanya.Â
Realistis dalam melihat dinamika zaman, realistis dalam berteman, realistis dalam mengatur waktu. Ikatan Alumni bukan sebuah Lembaga yang memiliki dana atau kekuatan finansial maka berkolaborasi dengan Lembaga selaku almamater adala realitas yang harus dilakukan
Ketiga dasar itu yang menurut saya dapat membuat IKATAN ALUMNI memiliki "daya guna" yang lebih tinggi.Â
Tulisan ini dibuat hanya untuk menjadi "bahan renungan" bersama para alumni dalam "realitas kekinian" manusia dan masyarakat. Saat ini banyak orang cenderung apatis, hedonis, dan terkesima dengan hiruk pikuk kehidupan. Tanpa mamu berbuat yang lebih bagi orang lain ?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI