Mohon tunggu...
abdul jamil
abdul jamil Mohon Tunggu... Mahasiswa - selalu belajar

Tukang Ketik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bahaya Menyerupai Ulama

30 Juli 2022   16:03 Diperbarui: 30 Juli 2022   16:17 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada kejadian unik, yang dialami oleh sahabat saya, (Sopir Rektor) saat pergi ke suatu daerah pedesaan untuk suatu kepentingan. Kala itu dia pergi dengan Rektor IAIN Palangka Raya yang saat itu masih bernama STAIN Palangka Raya

Jadi ceritanya teman saya ini secara fisik mukanya putih, berjanggut dan suka memakai peci putih dengan surban warna hijau yang sering di sampirkan pada pundaknya dan selalu berpakaian rapi

Menjelang waktu sholat mahrib, dia bersama pimpinan IAIN Palangka Raya, singgah di salah satu Langgar (Surau) desa untuk sholat mahrib  bersama jamaah langgar di desa, karena datang terlambat maka mereka berdua menjadi jamaah masbuk

Karena masbuk, tentu ketika menyempurnakan sholatnya terlihat mencolok dan menjadi perhatian warga lainnya, sebab mereka berdua adalah orang asing karena tidak dikenal oleh warga atau jamaah Langgar desa

Selesai sholat seperti biasa mengikuti wirid dan mengikuti salam keliling sambil membaca sholawat nabi, sebagaimana warga lainnya. Uniknya adalah ketika melakukan salaman sesama jamaah yaitu  tangan dari sahabat saya selalu dicium warga saat bersalaman, sementara ketua STAIN Palangka Raya tidak mendapatkan perlakuan yang sama

Foto bagian dalam masjid Al Mujahidin Kalbar. Dokpri
Foto bagian dalam masjid Al Mujahidin Kalbar. Dokpri

Padahal secara keilmuan dan pemahaman pada ilmu keislaman sangatlah jauh berbeda, teman saya hanyalah sopir dari Rektor yang sedang berpergian, namun karena kerapian dan pakaian yang dikenakan lebih mirip "ulama" dia mendapatkan perlakuan "spesial" yaitu tangan dicium saat bersalaman


Sementara Rektor IAIN Palangka Raya, saat itu hanya memakai celana dan songkok hitam tidak mendapatkan perlakuan spesial dari warga, padahal posisi dan keilmuanya jauh lebih baik dari teman saya tadi.

Inilah fenomena ynag terjadi di masyarakat, terdapat banyak orang yang melakukan penghormatan atau penghargaan melihat pada sosok luarnya saja. dan lupa pada subtansi atau keilmuan yang dimiliki

Hal ini juga diperparah dengan sikap dan karakter orang yang mencari keuntungan dalam beragama, maka yang di perioritasnya adalah tampilan fisik dan tutur kata yang dikemas untuk membuat orang tertarik dan terpesona dengan tutur katanya.

Maka banyak kita temui orang yang secara keilmuan agamanya sangat dangkal, namun karena semangat beragamanya tinggi, lalu mewujudkan dan menonjolkan kesemangatan tersebut melalui tampilan fisik dan busana mereka.

Bagi orang yang benar-benar alim, pakaian ynag dikenakan disunahkan untuk berpakaian (berdandan) dengan gaya pakaian (dandanan) yang khas bagi para ulama (Ahli ilmu), hal ini agar orang awam bisa mengetahui atau mengenalinya sebagai orang yang berilmu.

Penampakkan Lokasi wudhu pada masjid Al Mujahidin, bersih dan eksotis. Dokpri
Penampakkan Lokasi wudhu pada masjid Al Mujahidin, bersih dan eksotis. Dokpri

Akan tetapi bisa menjadi haram apabila yang berdandan seperti ulama tersebut adalah orang yang tidak memiliki kapabilitas sebagai ulama (ahli ilmu), karena dikhawatirkan orang lain akan menganggapnya sebagai orang alim, lalu mereka dimintai fatwa kemudian memberikan fatwa tanpa dasar ilmu yang memadai sehingga orang-orang akan tertipu karenanya, sebagaimana yang dialami oleh teman saya yang menjadi sopir dari sang Rektor IAIN Palangka Raya

Dalam kasus ini Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi dalam kitab Tanwirul Qulub menyatakan:

".. dan haram bagi selain ulama menyerupai ulama dalam hal ini, agar orang-orang tidak menjadi tertipu, dengan meminta fatwa dan ia pun memberikan fatwa tanpa ilmu".

Oleh karena itu, mari kita memposisikan kapasitas diri, dan jangan kita tertipu dengan melihat seseorang dari tampilan fisik dan busana semata, apalagi terkait agama, juga pada umumnya untuk belajar agama dengan benar-benar selektif memilih guru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun