Ramadhan 1443 H telah usai, kita juga telah merayakan hari kemenangan idul fitri 1 Syawal 1443 H. bersama keluarga, sanak saudara dan warga di kampung halaman masing-masing, sebab ijin mudik tahun ini telah diberikan pemerintah
Berkumpul dengan kelarga besar di kampung halaman tentu memberi banyak kesan, cerita serta membawa kenangan indah bagi para perantau terlebih jika pertemuan itu dilakukan saat momen istimewa seperti hari raya idul fitri
Bagi saya pribadi sangat jarang bisa berkumpul dan bercengkrama dengan orangtua dan keluarga besar, sebab posisi kerja yang lumayan jauh dan beda daerah, maka saat berkumpul dengan orangtua disitulah akan muncul beraneka kegiatan yang dilakukan saat kami berkumpul bersama
Dan perkenankan saya sedikit bercerita tentang sosok orangtua (ayah dan ibu) yang selalu saya anggap sebagai "Kartini" dan "Kartono"nya saya, karena keduanya telah melahirkan, membesarkan dan mendidik saya.
Saya anak ketiga dari empat bersaudara. Keluarga saya merupakan keluarga sederhana. Bapak seorang petani atau buruh perkebunan sawit, sementara Ibu merupakan ibu rumah tangga, sudah barang tentu kondisi ini menggambarkan betapa hidup kami teramat sederhana.
Ayah dan Ibu memiliki mimpi besar dalam dunia pendidikan. Cita-cita besar beliau adalah semua anaknya bisa mengenyam pendidikan tinggi. Cita-cita ini sangat besar dan membutuhkan perjuangan besar pula untuk mewujudkannya.
Bisa dibayangkan beratnya perjuangan menyekolahkan anak dengan posisi bapak sebagai buruh, yang dalam usaha selalu dalam posisi tidak diuntungkan, bahkan saat tanaman atau hasil panen dalam kondisi harga mahalpun posisi kami tetap kalah dengan tengkulak
Meskipun keuangan terbatas, bapak tetap berusaha keras menyekolahkan anak-anaknya. Gali lubang tutup lubang menjadi hal yang sulit untuk dihindari. Usaha-usaha kreatif untuk memenuhi kebutuhan juga terus dilakukan dalam upaya peningkatan ekonomi
Tujuan utamanya adalah agar sekolah anak-anaknya tetap bisa berlangsung. Bahkan sampai kaka saya rela untuk membantu bapak dan ibu bekerja, dan melepaskan mimpin untuk sekolah sebagaimana teman seangkatannya. Dia rela tidak sekolah dan jadi buruh tani agar saya dan adik bisa tetap sekolah.
Perjuangan besar bapak ditopang oleh ketabahan dan kegigihan Ibu dalam membantu ekonomi juga sangat berperan sekali. Sebagai petani terkadang posisi wanita dan pria sama, yaitu pergi ke ladang dari pagi hingga sore, untuk wanita tetap berperan sebagai ibu rumah tangga, yaitu masak, nyuci dan kegiatan lainnya. inilah peran ganda yang dilakukan ibu