Senin pagi seusai absensi di kantor, saya bersama istri sepakat untuk sarapan pagi di warung sekitaran pasar blauran yang ada di kota palangka raya.
Kami memang tidak mentradisikan makan (khususnya sarapan pagi) diluar rumah, dan lebih sering masak sendiri dikarenakan selain untuk berhemat juga ada orangtua (mertua) yang tinggal bersama kami sehingga masak pagi menjadi keharusan sebelum pergi kerja.
Sarapan pagi kali ini, saya bersama istri memilih warung yang ada di perempatan jalan/simpang empat, berdekatan dengan pasar blauran kota palangka raya.
warung makan ini tak ada namanya, karena warung kecil hanya menyiapkan sarapan pagi berupa aneka ragam nasi bungkus, mulai dari nasi kuning, nasi putih, nasi samin juga ada nasi pundut (semacam lontong gurih).
Selain nasi juga ada beberapa jajanan rakyat seperti pisang goreng, bakwan ataupun geguduh (jajanan khas urang banjar)
Setau saya, pihak warung hanya menyiapkan air minum seperti teh, kopi, minuman saset atau air mineral sebagai pelengkap menu sarapan pagi para pelanggan dan beberapa keperluan lainnya semisal rokok, kerupuk dan jajanan anak-anak. Untuk nasi dia terima dari warga yang membuat dan dititip diwarung tersebut
Tak nampak ada yang istimewa dari warung ini untuk diceritakan, sebab terdapat banyak warung-warung serupa yang ada di palangka raya.
Namun jika pembaca makan atau sarapan di warung ini khususnya hari jum'at, ada kebiasaan baik yang tidak semua warung-warung pinggir jalan melakukannya.
Yaitu menggratiskan semua minuman yang dipesan. Â Siapapun yang pesan minuman di warung itu pada hari jumat semua gratis, jadi semua pembeli hanya membayar apa yang dimakannya saja.
Nilai-nilai sosial seperti ini memang sangat erat dikaitkan dengan orang-orang yang shaleh, mereka  bekerja tidak hanya bicara untung rugi, namun nilai-nilai sosial dan ibadah juga menjadi prilaku hidup.