Kemarau berkepanjangan membuat sungai Gungwedi yang menjadi sungai terbesar di desa pagerharjo ini mengering. Sungai Gungwedi merupakan sungai yang terhubung dari waduk gunung rowo sampai laut desa tluwuk yang melewati desa Pagerharjo.
Hampir sudah menjadi langganan setiap musim kemarau tiba, sungai Gungwedi selalu dipenuhi sampah sepanjang aliran sungai. Banyak sekali sampah-sampah rumah tangga, diantaranya plastik, botol bekas, popok bekas dan lain sebagainya.Â
Tak dapat dipungkiri, hal ini menjadi pemicu terjadinya luapan air ketika terjadi hujan deras dan datangnya air dari hulu menuju ke hilir. Hampir setiap tahun ketika datang air bak dari hulu, sepanjang aliran sungai gungwedi pasti terjadi tanggul yang jebol yang mengakibatkan air masuk ke rumah warga.Â
Hal ini tentu bisa diantisipasi oleh warga dan pemda setempat dengan menjaga dan merawat sungai, diantaranya dengan rutin mengadakan gotong royong membersihkan sampah-sampah sungai dan memberi sanksi tegas kepada oknum yang mencemari sungai.
Seperti kita ketahui, sampah sudah menjadi momok bagi manusia dan lingkungan. Lingkungan kotor serta polusi sampah bisa membawa dampak buruk baik itu terhadap manusia maupun terhadap lingkungan.Â
Dampak buruk lingkungan kotor serta polusi sampah terhadap lingkungan sendiri meliputi banyak hal dan salah satunya adalah pencemaran air. Pencemaran air dapat terjadi ketika sampah dibuang ke sungai dan bukannya ke tempat sampah.Â
Selain mencemari air sungai, pembuangan limbah atau sampah juga dapat menghambat proses air tanah dan tentu saja ini merupakan sebuah kabar buruk mengingat air tanah sangatlah penting bagi manusia.
Selain mencemari sungai dan menghambat proses air tanah, sampah juga dapat mencemari tanah dan menjadikannya tidak sehat. Sama halnya dengan sampah yang dibakar di pekarangan rumah mengingat pembakaran sampah, apalagi sampah anorganik, dapat merusak lingkungan jika dilakukan secara terus menerus.
Jika semua hal tersebut terjadi di lingkungan kita, sebagai anggota masyarakat yang baik, tentu kita tidak boleh menyalahkan pemerintah setempat mengingat kebiasaan warga masyarakat di lingkungan lah yang kemungkinan menjadi penyebabnya, sehingga masyarakat lah pihak pertama yang harus berusaha mengatasi permasalahan tersebut.Â
Untuk memfasilitasi masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan, karang taruna desa pagerharjo membuat program Bank Sampah untuk masyarakat pagerharjo.Â
Program Bank Sampah ini sudah berjalan hampir 1 tahun. Tentunya tidak mudah untuk mengubah rutinitas masyarakat dari membuang sampah sembarangan menjadi mengumpulkan sampah untuk disetorkan ke bank sampah.Â
Perlunya edukasi dan motivasi yang disampaikan kepada masyarakat, agar tujuan terbentuknya bank sampah ini bisa tercapai. Rutin 2 minggu sampai 1 bulan sekali pemuda karang taruna mengunjungi rumah warga untuk mengambil sampah yang telah dikumpulkan serta menimbang dan mencatat dalam buku bank sampah.Â
Barang-barang yang dapat dimasukkan dalam bank sampah diantaranya plastik, botol plastik, botol kaca, barang bekas yang terbuat dari plastik, besi, tembaga dan lain sebagainya yang dapat didaur ulang dan masih memiliki nilai jual.
Dengan adanya bank sampah ini, karang taruna dan pemerintah desa Pagerharjo berharap dapat mengurangi potensi masyarakat untuk membuang sampah sembarangan. Sehingga sungai-sungai dan lingkungan di desa pagerharjo ini bisa bersih dan aman dari sampah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H