Saya yakin Jokowi berkepentingan terhadap siapa penerusnya. Kalau salah langkah saja, apa yang terjadi pada Jokowi akan sama dengan SBY. SBY menjadi sasaran tembak pasca lengser, bahkan partai demokat pun di cabik-cabik oleh mantan anak buah SBY.
Apalagi Jokowi punya legasi ibu kota baru di Kalimantan timur. Tentu tidak ingin keputusannya tersebut tidak berlanjut seperti rencana pemindahan ibu kota di era presiden  Soekarno dan Soeharto.
Kekuatan Jokowi untuk menjadi King maker adalah dengan dukungan terhadap kandidat yang akan maju dan memenangkan kontestasi. Jokowi pun dapat menentukan penantang bonekanya dengan kekuatan cengkraman partai saat ini.
Ketua Golkar, PKB, misalnya mereka akan tetap maju sebagai calon Presiden. Tapi popularitas kedua ketua umum partai tersebut jauh dibawah ketua umum partai Gerindra saat ini. Dengan mengabaikan Ganjar Pranowo ataupun Ridwan Kamil, yang saat ini real punya kursi dan dukungan tentu saja Ketum partai.
Partai Nasdem, PPP, Golkar, PAN masih dalam genggaman Jokowi. Para ketua umum partai koalisi kemungkinan besar maju dengan seizin atau restu Jokowi. Dengan demikian masuk ke dalam skenario utak-atik Jokowi nantinya.
Adapun partai oposisi Demokrat dan PKS harus solid untuk bisa memberikan perlawanan. Kedua partai ini terus digembosi persoalan internalnya yang dapat mengganggu kinerja suksesi Pemilu.
Pada akhirnya masyarakat akan dihadapkan pada pilihan yang buruk diantara yang terburuk. Sehingga ujungnya kandidat yang didukung oleh penguasa saat ini yang lebih besar peluang menangnya.
Skenario tersebut tentunnya bisa jadi kenyataan. Tinggal bagaimana masyarakatnya sendiri, apakah skenario rakyat atau penguasa yang akan jadi pemenang. Wallohu a'lam bissowab.
Abdul Holik, MA
Sekretaris Eksekutif Jaringan Organisasi Islam-Nasionalis Indonesia (JOIN)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H