Kok Malah Diajak Bermain
Oleh Kristina Kamelia Defi
Inilah sekelumit pengalaman saya selama mengikuti pertemuan yunior, yang didampingi oleh Br. Flavi, MTB pada tanggal 31 Januari 2023 lalau. Saya mendapat begitu banyak cara dan pengalaman untuk memaknai hidup ini.
Melalui materi yang disampaikan, saya mengambil kesimpulan bahwa, untuk menjadi pribadi yang tahan banting terhadap kritik sosial, berarti saya siap menghadapi tantangan, perbedaan dengan sabar, mental kuat, menjadi pribadi yang seimbang, peka dan cekatan. Sederetan dengan aspek- aspek ini menjadi tahan banting berarti juga saya harus setia, lepas bebas,selalau optimis, jujur, bertanggungjawab dan sebagainya. Hanya dengan berani dan mau menerima diri apa adanya, disertai usaha terus- menerus dan mau berjuang menggali potensi- potensi yang saya miliki, agar hidup saya bermakna bagi orang- orang yang saya jumpai dalam tugas pengabdian ditempat saya berkarya.
Hari pertama mengikuti materi,  saya kurang menyimak dan menikmati dengan baik. Sebab temanya ditulis “ Bagaimana harus menjadi pribadi yang tahan banting dalam melaksanakan suatu tugas pelayanan. Aneh, tapi nyata. Saya terbawa  pada konsep pertemuan selama ini begitu formal dan serius. Namun dugaanku meleset. Ternyata ini salah satu metode sebelum masuk ke materi pertemuan. Selama mengikuti materi pertemuan saya merasa sedikit bosan karena permainannya  seperti permaianan anak anak. Mungkin belajar kembali menjadi anak yang ceria dan tidak pernah memikirkan susah dalam hidupnaya. Setelah saya mengikuti bagian demi bagian ternyata dibalik itu semua mempunyai makna dalam hidup saya. Oooiya dalam perjalanan hidup ini arus mempunyai pengalaman bagahagia dan sukacita. Selain itu harus ada pemanasan atau gerakan sesuatau untuk memulai suatu kehidupan, demikian juga di komunitas agar tidak mudah menyerah dalam berkarya. Baik karya yang sesuai dengan bakat, minat maupun diluar bakat dan minat saya. Semacam pre-test atau post-test apakah saya sungguh serius dalam bidang pelayanan yang saya lakukan saat hari pertama sampai selesainya pertemuan, akhirnya saya merasa senang. Saya dapat bekal dari bruder untuk menghayati hidup berkomunitas dan bersaudara di kongregasi kami. Makna dari setiap permainan ini semacam ‘membakar semangat’ bagi saya. Selama ini saya tidak boleh segan atau malu minta bantuan orang lain. Apabila saya mengalami kesulitan dalam bermain, maupun pada saat menyediakan media yang digunakan untuk sebuah permainan. Inilah proses diri saya saat masuk situasi yang saya tidak pahami sebelum mulai kegiatan ini.
Dalam setiap materi yang di sampaikan maupun melalui permaian yang di praktikan secara langsung, bruder mengajak kami para suster junior, dan saya sendiri bagaimana mengembangkan dan melatih keterampilan sosial untuk berelasi dan komunikasi yang baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Kemudian bagaimana kemampuan untuk menghadapi masalah yang timbul pada saat berkomunitas, sehingga hidup itu adalah anugerah yang perlu dirayakan karena yang kuasa menganugerahkan keidupan ini secara cuma- cuma.
Melalaui pertemuan ini saya merasa ada kekuatan baru untuk merefleksi kembali dalam meniti kehidupan ini. Hidup ini adalah anugerah, bukti  cinta yang kuasa yang harus dibagikan. Jika hidup ini adalah sebuah tragedi maka perlu direnungkan dan ditangisi. Jika hidup ini merupakan rahmat dan hadiah dari yang Mahakuasa, maka perlu juga dirawat dan dipelihara dengan penuh tanggungjawab. Lalu apakah saya sudah sempurna memberi kehidupan ini bagi sesama yang saya hadapi di dunia karya?. Terima kasih kepada Br. Flavi,MTB yang sudah bersedia membagikan pengalaman, ilmu pengetahuan, tenaga dan keterampilannya, dalam konteks memaknai hidup berkomunitas, untuk saya. Terima kasih kepada pemimpin umum dan para dewan pimpinan lainnya yang senantiasa mendukung dan memperhatikan kebutuhan jasmani maupun rohani para junior.
 Dalam pembinaan kali ini ada nilai- nilai yang membangun dan mendukung hidup saya sebagai biarawati yaitu nilai cintakasih, bahagia dan nilai kerjasama. Untuk menghayati hidup dalam konteks kaul maka terkandung juga nilai- nilai kesederhanaan dan persaudaraan. Lalu bagaimana hubungannya dengan kebhinekaan dalam persaudaraan?. Saya melihat  melalaui permainaan dan dinamika ini tidak secara langsung mengajar kami untuk melihat dan menghayatai bagaimana nilai keberanian meretas kelas sosial, etnisitas dalam hidup bersama.
Maka sepadan dengan itu, nilai kerja keras, mengayomi, kepeduliaan dan solider yang dimiliki menandai gerbang moral dalam membangun hidup bersama. Masih banyak makna yang perlu kami refleksikan seperti dalam permainan dan dinamika kelompok. Semuanaya itu tidak secara langsung mengajarkan kami tentang nilai kejujuran, kesabaran bahkan nilai imajinasi menjadi potret diri ideal dan realita yanga sedang dijalanai. Akhirnya terimaksih untuk semuannya salam dari saya.
Oleh. Kristina Kamelia Defi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta.