Mohon tunggu...
Abdul Jolai
Abdul Jolai Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pemilu Sehat, Pemilih Bermartabat

23 Januari 2024   12:25 Diperbarui: 23 Januari 2024   12:37 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilu menjadi bagian yang teramat penting dalam sistem Negara demokrasi. Ihwalnya melalui pemilu demokrasi mampu menginkarnasi pemimpin yang berkualitas dan memiliki kapabilitas yang mampu menjadi sosok pelayan banyak orang. Menjadi suatu kebiasaan dan tradisi bagi Bangsa Indonesia dalam 5 tahun sekali Pemilu diselenggarakan secara demokrasi. Sosok pemimpin yang lahir dari demokrasipun mampu membawa Indonesia maju selangkah lebih baik. Seperti misalnya selama pemerintahan Jokowi, banyak kemajuan yang dicapai selama kepemimpinaan beliau. Artinya hasil pemilu menjadi parameter dalam menentukan pemimpin yang baik dan bijaksana.

2024 menjadi momentum yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia 5 tahun kedepan. Lantas bagaimana pandangan anda melihat wajah Indonesia 5 tahun mendatang?

Tidak lain dan tidak bukan adalah wajah mereka yang saat ini sedang dalam permainan untuk memenangkan kontestasi  berdemokrasi. Kontes ini menjadi sangat berarti, lantaran menjadi awal bagian dari proses dan harapan bangsa membuahkan pemilu yang langsung, umum bebas, rahasia, jujur dan adil (luberjurdil). Usai KPU mengumumkan tentang capres dan cawapres, saat itulah permainanpun dimulai.

Kali yang kesekiannya saya ingin mengajak kita untuk melihat proses kontes ini dengan seksama. Dalam hemat kita melihat proses yang berlangsung hari ini tentu menjadi sebuah harapan baik. 21 hari bukan waktu yang lama untuk menebarkan janji. 'Janji'?

Menurut saya ini adalah sebuah janji, Ntah janji berujung mimpi atau janji bermakna arti. Pada dasarnya mereka dengan semaksimal mungkin berusaha untuk bisa menjadi yang terbaik dari yang baik.

Saya rasa kita sudah cukup banyak menalan janji tanpa bukti. Dan sudah cukup populer transaksi 'ganti hari'. Ini menjadi suatu kebiasaan atau tradisi yang muncul dalam praktek demokrasi kita. Saya, Anda, dan kita semua tidak menyalahkan tentang siapa yang akan disalahkan, tetapi lebih dari itu adalah bagaimana mengupayakan demokrasi yang harmonis dan saling menghormati.

Ini juga bukan sekedar tentang Dia yang akan hadir sebagai pahlawan, tetapi Dia yang pernah hadir sebagai pejuang yang menang dalam pertempuran.

Lalu apakah kita masih percaya pada kata 'siapa'?

Ini sangat menarik sekali untuk menjadi kajian kita bersama. Pasalnya kepercayaan diri seolah-olah dihianati oleh doktrin yang memaksa kita untuk yakin akan suatu hal yang sifatnya mistis. Seketika kita berpikir jernih janji manis bukan solusi untuk mengatasi kemiskinan negeri. Ingatlah!! kita bukan anak kecil lagi. Tak perlu Kau asuh-asuh dengan kata yang manis.

Menghadirkan sosok pemimpin juga menjadi hal yang sangat 'dramatis'. Bahkan bukan lagi tentang kajian ataupun gagasan, tetapi tentang bagaimana guyonan yang menarik simpati masyarakat. Mungkinkan mereka sedang berkomedi? Ini tentang Negara. Menjadi kajian yang sangat serius dampak-dampak pola seperti ini bukanlah cerminan bangsa yang baik apalagi untuk mensejahteraan bangsa, sudah sangat jauh sekali.

Berbicara tentang Indonesia seolah-olah kita digambarkan pada permasalahan yang sangat urgensi, diantaranya kemiskinan, pengangguran, ketidaksetaraan akses terhadap pendidikan, korupsi, kesenjangan hukum, kesulitan akses terhadap perawatan kesehatan, krisis perumahan dan masih banyak lainnya.

Ini menjadi catatan penting bagi pemimpin kita. Lantas apa yang menjadi tawaran para calon pemimpin kita hari ini? Apakah sesuai dengan kebutuhan bangsa kita? Ataukan misi 'suka-suka'?

Mari saya ajak kita melihat gaungan calon pemimpin hari ini, cukup banyak tawaran yang menjadi trending topik. Misalnya 'wakanda no more, Indonesia forever' BBM gratis/semurah-murahnya, kemudian 'samsul', makan siang gratis, lalu 'sat set', satu keluarga satu sarjana. Ini menjadi jargon sekaligus janji para calon pemimpin. Dari ketiga janji tersebut, kita bebas untuk memilih jagoan kita. Tetapi ini bukan tentang siapa yang jago dan siapa yang gimiknya paling lucu, ini bukan kontestasi stand up comedy, ini tentang bagaimana menyelesaikan  permasalahan bangsa Indonesia. 

Tawaran yang sangat menarik, tinggal bagaimana cara kita mencocokan dengan kebutuhan bangsa kita.

Sadar atau tidak, kita melewati fase dengan penuh ketidakseriusan. Mengapa demikian?

Kita melihat fenomena-fenomena yang terjadi hari ini, banyak sekali arus yang didoktrin tanpa adanya kajian. Anehnya cara yang sempit melahirkan dogmatis yang sangat kental bagi kaum intelek. Seolah-olah diberdayakan oleh sesuatu yang lugas. Beda halnya ketika kita memfokuskan pada idealis, yang muncul iyalah kategori-kategori yang demokratis dan bermartabat.

Mari kita ciptakan pemilu yang sehat, pemilu yang gembira. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun