Pemilu menjadi bagian yang teramat penting dalam sistem Negara demokrasi. Ihwalnya melalui pemilu demokrasi mampu menginkarnasi pemimpin yang berkualitas dan memiliki kapabilitas yang mampu menjadi sosok pelayan banyak orang. Menjadi suatu kebiasaan dan tradisi bagi Bangsa Indonesia dalam 5 tahun sekali Pemilu diselenggarakan secara demokrasi. Sosok pemimpin yang lahir dari demokrasipun mampu membawa Indonesia maju selangkah lebih baik. Seperti misalnya selama pemerintahan Jokowi, banyak kemajuan yang dicapai selama kepemimpinaan beliau. Artinya hasil pemilu menjadi parameter dalam menentukan pemimpin yang baik dan bijaksana.
2024 menjadi momentum yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia 5 tahun kedepan. Lantas bagaimana pandangan anda melihat wajah Indonesia 5 tahun mendatang?
Tidak lain dan tidak bukan adalah wajah mereka yang saat ini sedang dalam permainan untuk memenangkan kontestasi  berdemokrasi. Kontes ini menjadi sangat berarti, lantaran menjadi awal bagian dari proses dan harapan bangsa membuahkan pemilu yang langsung, umum bebas, rahasia, jujur dan adil (luberjurdil). Usai KPU mengumumkan tentang capres dan cawapres, saat itulah permainanpun dimulai.
Kali yang kesekiannya saya ingin mengajak kita untuk melihat proses kontes ini dengan seksama. Dalam hemat kita melihat proses yang berlangsung hari ini tentu menjadi sebuah harapan baik. 21 hari bukan waktu yang lama untuk menebarkan janji. 'Janji'?
Menurut saya ini adalah sebuah janji, Ntah janji berujung mimpi atau janji bermakna arti. Pada dasarnya mereka dengan semaksimal mungkin berusaha untuk bisa menjadi yang terbaik dari yang baik.
Saya rasa kita sudah cukup banyak menalan janji tanpa bukti. Dan sudah cukup populer transaksi 'ganti hari'. Ini menjadi suatu kebiasaan atau tradisi yang muncul dalam praktek demokrasi kita. Saya, Anda, dan kita semua tidak menyalahkan tentang siapa yang akan disalahkan, tetapi lebih dari itu adalah bagaimana mengupayakan demokrasi yang harmonis dan saling menghormati.
Ini juga bukan sekedar tentang Dia yang akan hadir sebagai pahlawan, tetapi Dia yang pernah hadir sebagai pejuang yang menang dalam pertempuran.
Lalu apakah kita masih percaya pada kata 'siapa'?
Ini sangat menarik sekali untuk menjadi kajian kita bersama. Pasalnya kepercayaan diri seolah-olah dihianati oleh doktrin yang memaksa kita untuk yakin akan suatu hal yang sifatnya mistis. Seketika kita berpikir jernih janji manis bukan solusi untuk mengatasi kemiskinan negeri. Ingatlah!! kita bukan anak kecil lagi. Tak perlu Kau asuh-asuh dengan kata yang manis.
Menghadirkan sosok pemimpin juga menjadi hal yang sangat 'dramatis'. Bahkan bukan lagi tentang kajian ataupun gagasan, tetapi tentang bagaimana guyonan yang menarik simpati masyarakat. Mungkinkan mereka sedang berkomedi? Ini tentang Negara. Menjadi kajian yang sangat serius dampak-dampak pola seperti ini bukanlah cerminan bangsa yang baik apalagi untuk mensejahteraan bangsa, sudah sangat jauh sekali.