Mohon tunggu...
Abdul Hanan
Abdul Hanan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Seorang Content Writer, Dosen Komunikasi-Dakwah, Praktisi Dakwah Digital, Penggiat Studi Islam, dan pembicara yang fokus pada bidang komunikasi kehidupan dan literasi digital. Dengan pengalaman dalam berbagai acara workshop dan seminar, saya selalu berusaha untuk menyampaikan gagasan tentang pentingnya membangun koneksi yang bermakna, baik di dunia nyata maupun digital. Saat ini, saya sedang mengerjakan buku berjudul "Komunikasi Kehidupan", yang mengupas tuntas cara berkomunikasi efektif dalam keseharian untuk memperkaya hubungan personal dan profesional. Mari berdiskusi dan berbagi pemikiran bersama!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tawaran Konsep Kebahagiaan

26 September 2024   13:00 Diperbarui: 27 September 2024   11:09 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Penulis: Abdul Hanan, QH., M.Sos.

Eksplorasi Konseptual Kebahagiaan Hidup:
Landasan Filosofis dan Psikologis.

Oleh: Abdul Hanan, QH., M.Sos. (Dosen UIN Mataram)

Kebahagiaan sering dianggap sebagai tujuan akhir manusia karena secara biologis dan psikologis, manusia cenderung mencari keadaan yang menyenangkan dan menghindari penderitaan. Kebahagiaan mencerminkan keadaan sejahtera dan kepuasan hidup, yang mencakup pemenuhan kebutuhan fisik, mental, maupun emosional.

Filosof-filosof seperti Aristoteles memandang kebahagiaan sebagai tujuan hidup yang universal. Segala tindakan manusia dianggap bermuara pada upaya untuk mencapai kebahagiaan, baik melalui pencapaian kebajikan, hubungan yang harmonis, maupun kehidupan yang bermakna.

Selain itu, kebahagiaan juga menjadi pendorong utama di balik keputusan manusia. Banyaka jaran agama dan filosofi menekankan bahwa tujuan hidup tertinggi adalah kesejahteraan jiwa dan kebahagiaan yang abadi, baik melalui pencapaian spiritual atau hubungan dengan Tuhan.

Dalam filsafat moral, Al Farabi mengukur sesuatu dengan mengaitkan dengan tujuan akhir,ini kemudian disebut dengan istilah teleologis. Teleologis adalah sebuah konsep di mana baik dan buruknya tindakan moral didasarkan atas tujuan yang ingin diraih.

Apa yang dimaksud baik adalah tindakan yang mempunyai tujuan-tujuan baik sedangkan keburukan adalah tindakan-tindakan yang mempunyai tujuan tidak baik meski secara materiil mungkin baik.

Lawan dari teori ini adalah apa yang disebut sebagai deontologis, yaitu sebuah konsep moral di mana kebaikan dan kejahatan didasarkan atas nilai dan hakikat tindakan itu sendiri.

Misalnya, dusta adalah jahat menurut etika tidak peduli baik atau buruknya akibat atau tujuannya.

Maka Al-Farabi dalam karyanya Mabadi' Ara' Ahl Al-Madina Al-Fadlila (Kitab Permulaan Pendapat Penduduk Kota yang Sempurna) menawarkan konsep kebahagiaan sebagai hakikat dan tujuan akhir manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun