Nubuwat mengenai kebiadaban bangsa Israel telah diingatkan oleh Al-Qur'an dalam QS. Al-Isra ayat 4-5:
وَقَضَيۡنَآ إِلَىٰ بَنِىٓ إِسۡرَٲٓءِيلَ فِى ٱلۡكِتَـٰبِ لَتُفۡسِدُنَّ فِى ٱلۡأَرۡضِ مَرَّتَيۡنِ وَلَتَعۡلُنَّ عُلُوًّ۬ا ڪَبِيرً۬ا (٤) فَإِذَا جَآءَ وَعۡدُ أُولَٮٰهُمَا بَعَثۡنَا عَلَيۡڪُمۡ عِبَادً۬ا لَّنَآ أُوْلِى بَأۡسٍ۬ شَدِيدٍ۬ فَجَاسُواْ خِلَـٰلَ ٱلدِّيَارِۚ وَكَانَ وَعۡدً۬ا مَّفۡعُولاً۬ (٥)
Artinya: “Sesungguhnya kamu (Bani Israil) akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan kamu pasti akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Maka apabila datang saat hukuman kejahatan yang pertama dari kejahatan itu, Kami mendatangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan besar, lalu mereka mencarimu keluar masuk kampung ke seluruh negeri. Dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana”. (Q.S. Al–Isra [17]: 4-5).
Jika dipandang berdasarkan catatan sejarah, bangsa Israel sejatinya tidak hanya mengalami kehancuran dua kali, namun berkali-kali. Bahkan hampir mengalami kepunahan oleh bangsa Romawi dan Babilon, jauh sebelum kedatangan islam dan ayat di atas diturunkan. Namun jika kita kaji dari kaidah Bahasa Arab, penggunaan kata tufsiduuna dan ta'lunna menunjukkan kejadian yang sedang berlangsung atau akan datang yang dalam konteks bahasa arab disebut dengan fi'il mudhari. Artinya segala bentuk kejadian dalam sejarah yang disebutkan di atas yang dalam konteks bahasa arab disebut dengan fi'il madi, tidak termasuk dalam peristiwa yang dimaksud oleh Ayat di atas. Adapun penggunaan kata lam di kedua kata tadi memperkuat bahwa konteks fi'il mudhari yang dimaksud adalah kejadian yang akan datang (future action) bukan saat ini (present action).
Salah satu dari kehancuran yang dimaksud, menurut pendapat para mufassir telah terjadi di masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab. Hal ini terjadi ketika bangsa yahudi merusak perjanjian yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dengan mereka, sehingga kaum muslimin yang ketika itu telah menjadi kekuatan besar mencari yahudi keluar masuk kampung hingga ke seluruh negeri bahkan melakukan pengusiran (Al-Hasyr) sebagaimana yang "diprediksikan" dalam QS. Al-Hasyr ayat 2:
هُوَ ٱلَّذِىٓ أَخۡرَجَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَـٰبِ مِن دِيَـٰرِهِمۡ لِأَوَّلِ ٱلۡحَشۡرِۚ مَا ظَنَنتُمۡ أَن يَخۡرُجُواْۖ وَظَنُّوٓاْ أَنَّهُم مَّانِعَتُهُمۡ حُصُونُہُم مِّنَ ٱللَّهِ فَأَتَٮٰهُمُ ٱللَّهُ مِنۡ حَيۡثُ لَمۡ يَحۡتَسِبُواْۖ وَقَذَفَ فِى قُلُوبِہِمُ ٱلرُّعۡبَۚ يُخۡرِبُونَ بُيُوتَہُم بِأَيۡدِيہِمۡ وَأَيۡدِى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ فَٱعۡتَبِرُواْ يَـٰٓأُوْلِى ٱلۡأَبۡصَـٰرِ
Artinya: “Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli Kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran kali yang pertama. Kamu tiada menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari [siksaan] Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka [hukuman] dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah mencampakkan ketakutan ke dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang yang beriman. Maka ambillah [kejadian itu] untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan”. (Q.S. Al–Hasyr: 2).
Dari kejadian kehancuran pertama tersebut maka terjadilah diaspora (penyebaran koloni) bangsa israel ke berbagai penjuru dunia.
Ayat berikutnya dalam surah Al-Isra menerangkan tentang proses terjadinya peristiwa kesombongan bani israil yang ke dua:
ثُمَّ رَدَدۡنَا لَكُمُ ٱلۡڪَرَّةَ عَلَيۡہِمۡ وَأَمۡدَدۡنَـٰكُم بِأَمۡوَٲلٍ۬ وَبَنِينَ وَجَعَلۡنَـٰكُمۡ أَڪۡثَرَ نَفِيرًا
Artinya: “Kemudian kami berikan giliran padamu untuk mengalahkan mereka kembali, dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak (keturunan), dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar”. (Q.S. Al-Isra [17]: 6).