Mohon tunggu...
Abdulgani Febrianto
Abdulgani Febrianto Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa

Hobby olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Happines At work Samasta Coffe

17 Januari 2023   15:25 Diperbarui: 17 Januari 2023   15:39 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Happiness at work dapat diidentifikasikan sebagai suatu pola pikir yang memungkinkan karyawan untuk memaksimalkan performa dan meraih potensi mereka, yang dilakukan dengan menyadari tinggi rendahnya perasaan bahagia tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010).

(Diener,2008) menjabarkan bahwa happiness at work dapat diartikan sebagai perasaan antusias terhadap pekerjaan, bersemangat untuk datang bekerja, memiliki hubungan yang baik dengan rekan kerja, menunjukkan saling ketergantungan dengan orang lain atau bidang lain di tempat kerja, memiliki performa kerja yang baik, dapat bergaul dengan karyawan lain, bersedia meng- cover atau mau menggantikan jadwal kerja temannya ketika dibutuhkan, bekerja pada beberapa proyek sampingan yang bertujuan untuk meningkatkan tempat kerja, produk, dan pelayanannya terhadap pekerjaan. Sejalan dengan beberapa definisi happiness at work yang diungkapkan oleh beberapa tokoh di atas, maka dapat disimpulkan bahwa happiness at work merupakan suatu perasaan antusias yang dirasakan karyawan terhadap pekerjaan mereka sehingga memungkinkan karyawan untuk memaksimalkan performa mereka dalam bekerja.

Indikator Happines At Work

(Diener,2008) menyatakan bahwa terdapat tiga tipe pekerja yaitu job worker, career worker, dan calling worker. Dan pekerja yang merasa bahagia saat bekerja akan masuk kedalam tipe pekerja yang menganggap pekerjaannya sebagai suatu panggilan calling dalam dirinya. Karyawan dengan calling orientation biasanya mencintai pekerjaan mereka , menganggap bahwa pekerjaan mereka adalah hal yang penting, dan memberikan kontribusi terhadap perusahaan. Karyawan tersebut merasa tertarik dan tertantang oleh pekerjaan sehari-hari yang dilakukan oleh mereka. Pekerja dengan calling orientation bukanlah seorang pekerja yang “gila kerja” akan tetapi mereka mencintai pekerjaan mereka dan percaya pada apa yang mereka kerjakan serta mereka juga senang berlibur tetapi senantiasa akan menikmati ketika kembali bekerja. Karyawan dengan calling orientation dicirikan sebagai berikut: - Menikmati pekerjaan mereka. - Termotivasi oleh rasa ingin berkontribusi terhadap organisasi. - Merekomendasikan pekerjaan mereka. - Berpikir tentang pekerjaan bahkan saat bukan pada jam kerja. - Melakukan pekerjaan karena mendapat reward dari dalam dirinya sendiri

Arti Penting Kebahagiaan di Tempat Kerja

Kebahagiaan di tempat kerja memiliki arti penting bagi individu karena individu yang bahagia di tempat kerja memiliki perasan positif yang membuat individu puas, produktif, dan turnover rendah sehingga menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Intinya individu yang bahagia di tempat kerja akan berdampak positif dan negatif bagi instansi. Dengan melihat adanya dampak positif dan negatif yang didapatkan dari individu yang bahagia dan tidak bahagia, instansi dapat meningkatkan kebahagiaan individu dalam bekerja

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kebahagian Kerja

(Huppert,2009) menjabarkan beberapa faktor yang mempengaruhi happiness, yaitu:

Dukungan sosial Merupakan gambaran perilaku mendukung kepada individu yang dilandasi emosi positif dari orang-orang yang bermakna dalam hidupnya, terutama keluarga.

Kepribadian Individu dengan kepribadian extrovert senang bergaul, energik, ambisius dan mampu mengontrol hubungannya dengan orang lain akan memunculkan emosi yang positif sehingga cenderung terhindar dari stress.

Usia Happiness dipandang sebagai aspek yang berkembang seiring meningkatnya usia. Menurut Ryff dan Singer 1996, dimensi penguasaan lingkungan dan otonomi terlihat cenderung meningkat dari usia dewasa muda menuju usia paruh baya, dimensi perkembangan pribadi dan tujuan hidup terlihat meningkat dari usia paruh baya menuju masa tua, sementara dimensi penerimaan diri dan hubungan positif dengan orang lain tidak menunjukkan perbedaan usia yang signifikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun